Yang menarik, ada penelitian dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat Indonesia belum memiliki perencanaan keuangan yang matang, termasuk soal dana darurat. Lebih dari 60% penduduk mengaku kesulitan menghadapi pengeluaran tak terduga. Hal ini memperlihatkan betapa rendahnya kesadaran finansial, meskipun risiko selalu mengintai di setiap sudut kehidupan.
Tanpa dana darurat, banyak orang terpaksa meminjam uang, menggunakan kartu kredit, atau bahkan menjual aset penting saat krisis datang. Padahal, pilihan-pilihan itu justru bisa menciptakan masalah keuangan baru yang lebih rumit.
Hidup Tenang Itu Dimulai dari Keuangan yang Siap
Kalau kamu pikir hidup tenang itu soal punya rumah mewah atau mobil mahal, coba pikir ulang. Hidup tenang justru dimulai dari kondisi keuangan yang mampu menopangmu saat semuanya tidak berjalan sesuai rencana.
Bayangkan begini. Kamu bekerja di perusahaan yang tampak stabil. Tiba-tiba, muncul isu merger dan terjadi efisiensi besar-besaran. Dalam hitungan minggu, kamu harus menerima kenyataan bahwa pekerjaan hilang dan pemasukan berhenti. Tanpa dana darurat, kamu akan langsung masuk ke fase stres --- baik secara mental maupun finansial.
Namun, jika kamu punya dana darurat, kamu bisa bernapas lebih lega. Kamu punya waktu untuk mencari pekerjaan baru tanpa harus buru-buru mengambil keputusan yang mungkin malah merugikan di masa depan. Kamu tetap bisa memenuhi kebutuhan dasar tanpa harus menumpuk utang.
Inilah kekuatan dari dana darurat. Ia bukan hanya menyelamatkan secara finansial, tapi juga memberi ketenangan batin. Di saat kamu harus menghadapi badai, kamu masih punya pelampung yang bisa menjaga agar kamu tidak tenggelam.
Bukan Soal Gaji Besar, Tapi Soal Kebiasaan
Banyak orang beralasan belum punya dana darurat karena penghasilannya pas-pasan. Padahal, membangun dana darurat bukan soal berapa besar gajimu, tapi soal seberapa bijak kamu mengelola pengeluaran.
Idealnya, jumlah dana darurat yang harus kamu miliki adalah minimal tiga sampai enam kali pengeluaran bulanan. Misalnya, kalau pengeluaran kamu Rp5 juta per bulan, maka kamu perlu menyiapkan dana darurat sebesar Rp15 juta hingga Rp30 juta.
Tentu jumlah ini tidak harus dikumpulkan dalam semalam. Kamu bisa mulai dari angka kecil, misalnya Rp100.000 per minggu. Yang penting adalah konsistensi. Sisihkan lebih dulu dana darurat sebelum kamu membelanjakan uang untuk hal-hal yang kurang mendesak.