Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengapa Masyarakat Indonesia Lebih Suka Konsumsi Berita Hoax?

25 Februari 2025   18:06 Diperbarui: 25 Februari 2025   16:21 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi hoaks, hoax(Shutterstock)

Selain itu, Hoax juga dapat berdampak langsung pada kehidupan individu. Beberapa kasus di Indonesia menunjukkan bagaimana berita palsu dapat menyebabkan kerusuhan sosial, merugikan bisnis, bahkan mengancam nyawa. Contoh yang paling tragis adalah kasus penyebaran Hoax yang berujung pada persekusi atau kekerasan massa terhadap seseorang yang dituduh melakukan tindakan tertentu tanpa bukti yang jelas.

Dalam skala yang lebih besar, Hoax juga dapat merusak kepercayaan terhadap institusi. Jika masyarakat terus-menerus dibombardir dengan informasi palsu, mereka akan kehilangan kepercayaan terhadap pemerintah, media, atau bahkan ilmu pengetahuan. Ini bisa berbahaya, terutama dalam situasi krisis di mana kepercayaan terhadap sumber informasi resmi sangat dibutuhkan.

Solusi Melawan Berita Hoax

Mengatasi masalah ini membutuhkan upaya bersama dari berbagai pihak, mulai dari individu, media, hingga pemerintah. Salah satu langkah paling mendesak adalah meningkatkan literasi digital secara luas. Program edukasi tentang cara mengenali berita palsu harus menjadi bagian dari kurikulum sekolah dan kampanye publik.

Selain itu, media harus lebih aktif dalam meluruskan berita Hoax. Faktanya, beberapa platform sudah mulai mengembangkan program fact-checking untuk menangkal misinformasi. Namun, tanpa partisipasi aktif masyarakat dalam memilah informasi, upaya ini akan tetap terbatas.

Pemerintah juga perlu memperkuat regulasi yang mengatur penyebaran berita palsu. Meski sudah ada undang-undang yang mengatur tentang penyebaran informasi bohong, implementasinya masih menghadapi tantangan besar. Hukuman bagi pelaku penyebaran Hoax perlu diperketat, tetapi tetap harus diimbangi dengan kebebasan berekspresi agar tidak disalahgunakan.

Yang paling penting, setiap individu harus mulai lebih kritis dalam mengonsumsi informasi. Sebelum membagikan sebuah berita, penting untuk bertanya: apakah sumbernya kredibel? Apakah ada bukti yang mendukung klaim dalam berita tersebut? Apakah berita ini bertujuan untuk mengedukasi atau sekadar memancing emosi?

Kesimpulan

Di tengah derasnya arus informasi, memilih untuk menjadi konsumen berita yang cerdas bukan lagi sekadar opsi, tetapi sebuah keharusan. Masyarakat yang lebih suka mengonsumsi berita Hoax bukan hanya masalah individu, tetapi juga tantangan besar bagi masa depan demokrasi dan kestabilan sosial kita.

Saatnya berhenti menjadi bagian dari masalah, dan mulai menjadi bagian dari solusi

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun