Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS) menemukan bahwa orang yang membaca dari layar sebelum tidur mengalami keterlambatan produksi melatonin hingga 50%, serta mengalami kesulitan tidur lebih lama dibandingkan mereka yang membaca dari buku cetak. Dampak ini tidak hanya terjadi dalam satu malam, tetapi juga memengaruhi kualitas tidur secara keseluruhan.
Selain itu, konsumsi konten di media sosial juga bisa memicu hiperaktivitas mental. Ketika kita terus-menerus terpapar informasi baru baik itu berita, tren viral, atau percakapan daring---otak dipaksa untuk tetap aktif dan waspada. Hal ini bisa membuat kita sulit memasuki fase tidur yang dalam dan berkualitas.
Ketika Media Sosial Membuat Tidur Gelisah
Tidak hanya dari segi fisiologis, media sosial juga berdampak besar pada aspek psikologis yang berkaitan dengan tidur. Konten yang kita konsumsi sebelum tidur dapat memicu berbagai emosi yang berpotensi mengganggu kualitas istirahat kita.
Misalnya, melihat unggahan teman yang sedang berlibur ke tempat impian bisa memicu rasa iri dan ketidakpuasan, sementara membaca berita tentang bencana atau konflik global bisa memicu kecemasan dan stres. Kedua kondisi ini dapat meningkatkan kadar hormon kortisol, yang justru membuat tubuh semakin sulit rileks dan tidur dengan tenang.
Fenomena FOMO (Fear of Missing Out) juga memainkan peran besar dalam gangguan tidur yang disebabkan oleh media sosial. Ketakutan akan ketinggalan informasi atau tren terbaru membuat banyak orang terus memeriksa media sosial bahkan di tengah malam. Bahkan ketika sudah berbaring di tempat tidur, dorongan untuk membuka ponsel dan "sekadar melihat-lihat" sering kali berujung pada sesi scrolling yang berlangsung selama berjam-jam.
Sebuah studi dari University of Pittsburgh School of Medicine menemukan bahwa orang yang aktif menggunakan media sosial lebih dari dua jam per hari memiliki risiko dua kali lebih besar mengalami gangguan tidur dibandingkan mereka yang menggunakan media sosial kurang dari 30 menit per hari.
Dampak Jangka Panjang Kesehatan yang Dipertaruhkan
Tidur bukan sekadar istirahat, tetapi juga waktu bagi tubuh untuk melakukan berbagai proses pemulihan dan regenerasi. Ketika tidur terganggu secara terus-menerus, dampaknya bisa sangat serius bagi kesehatan.
Kurang tidur dalam jangka panjang dikaitkan dengan peningkatan risiko berbagai penyakit kronis, termasuk hipertensi, diabetes, obesitas, dan gangguan jantung. Selain itu, kekurangan tidur juga berkontribusi pada penurunan daya ingat, konsentrasi, dan fungsi kognitif, yang bisa berdampak pada produktivitas dan kualitas hidup secara keseluruhan.
Dari segi kesehatan mental, kurang tidur akibat penggunaan media sosial juga bisa meningkatkan risiko depresi dan kecemasan. Ketika tubuh terus-menerus lelah, kemampuan kita untuk mengelola stres menjadi lebih buruk. Akibatnya, kita lebih rentan mengalami perasaan negatif, mudah marah, dan sulit merasa bahagia.