Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kenapa Kita Selalu Khawatir Tentang Apapun?

11 Februari 2025   18:33 Diperbarui: 11 Februari 2025   16:37 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Khawatir.Pixabay.com/PDPics 

Pernahkah kamu merasa cemas tanpa alasan yang jelas? Terkadang, bahkan ketika segala sesuatu berjalan dengan baik, pikiran tetap dipenuhi dengan berbagai kemungkinan buruk yang belum tentu terjadi. Kamu mungkin bertanya-tanya, mengapa kita selalu khawatir tentang segala hal? Apakah ini bagian alami dari diri manusia, atau justru sesuatu yang bisa dikendalikan?

Kekhawatiran adalah bagian dari kehidupan, tetapi dalam banyak kasus, rasa cemas yang berlebihan justru dapat menjadi penghambat kebahagiaan dan produktivitas. Banyak orang menghabiskan waktu mereka memikirkan kemungkinan terburuk, membayangkan kegagalan yang belum tentu terjadi, atau bahkan khawatir tentang hal-hal kecil yang sebenarnya tidak berpengaruh besar terhadap kehidupan mereka.

Fenomena ini bukan hanya sekadar kebiasaan berpikir, tetapi juga berkaitan erat dengan cara kerja otak manusia. Ilmu psikologi dan neurosains menunjukkan bahwa manusia memang lebih cenderung untuk fokus pada ancaman daripada peluang. Namun, apakah kekhawatiran ini selalu berdampak buruk? Atau, justru ada manfaat tersembunyi yang bisa kita ambil darinya?

Mari kita telusuri lebih dalam tentang alasan mengapa kita selalu merasa khawatir, bagaimana ini terbentuk dalam diri kita, serta bagaimana cara mengelola kecemasan agar tidak merusak kualitas hidup.

Ketika Kekhawatiran Berakar dari Evolusi

Untuk memahami mengapa manusia sering merasa cemas, kita perlu melihat ke belakang, jauh ke masa ketika nenek moyang kita masih hidup di lingkungan yang penuh bahaya. Di zaman purba, manusia hidup dalam kondisi yang menuntut kewaspadaan tinggi. Alam liar penuh dengan ancaman, seperti hewan buas, bencana alam, atau kelompok musuh yang bisa menyerang kapan saja.

Dalam situasi seperti itu, otak manusia berkembang dengan cara yang memungkinkan kita untuk mendeteksi dan mengantisipasi bahaya sebelum terjadi. Bagian otak yang disebut amigdala berperan besar dalam memproses rasa takut dan kekhawatiran. Amigdala membantu manusia mengenali ancaman dan mengambil keputusan cepat untuk melarikan diri atau melawan.

Namun, meskipun zaman telah berubah dan kita tidak lagi hidup dalam ancaman konstan dari alam liar, mekanisme otak kita tetap bekerja dengan cara yang sama. Otak masih mencari-cari ancaman, meskipun bentuk ancamannya kini berubah. Jika dulu manusia khawatir tentang keberadaan predator, sekarang kita lebih sering khawatir tentang pekerjaan, keuangan, hubungan sosial, atau masa depan yang tidak pasti.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Joseph LeDoux, seorang ahli neurosains dari New York University, yang menemukan bahwa amigdala memproses rasa takut lebih cepat daripada bagian otak lainnya. Artinya, sebelum kita berpikir secara rasional, tubuh kita sudah lebih dulu bereaksi terhadap potensi ancaman, meskipun ancaman itu hanya bersifat psikologis dan bukan ancaman nyata.

Ketakutan Akan Ketidakpastian dan Kontrol yang Terbatas

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun