Mohon tunggu...
Frederica Nancy
Frederica Nancy Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

Hi! Salam kenal dari saya yang tengah belajar dan menari dalam dunia komunikasi massa-digital!

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Mengulik Perbedaan Si Kembar Jurnalisme Online dan Jurnalisme Multimedia

14 September 2020   21:27 Diperbarui: 15 September 2020   16:20 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jurnalisme online dan jurnalisme multimedia memang berada di ladang yang sama yakni internet, tapi ternyata mereka ibarat saudara kembar, serupa tapi tak sama.

Dengan label saudara kembar, dua jurnalisme ini seolah sulit dibandingkan. Namun, secara sederhana, perbedaannya terletak pada cara pengemasan konten berita. Kalau Anda bertanya, "Perbedaan detailnya seperti apa sih?" Yuk, simak ulasan di bawah ini!

Jurnalisme Online

Aktivitas jurnalistik apapun yang Anda lakukan dalam platform digital selama berbasis jaringan internet dapat dikategorikan sebagai jurnalisme online (Widodo, 2020, h. 21).

Namun, ada beberapa poin yang perlu Anda ingat terkait jurnalisme ini:

1. Konten jurnalisme online tidak dihadirkan dalam bentuk multimedia;

2. Jurnalisme online diproduksi secara eksklusif untuk hadir dan didistribusikan melalui World Wide Web;

3. Digital storytelling yang berbasis multimedia bukanlah suatu kewajiban tapi dilihat sebagai suatu potensi.

Ada pula dua fokus utama jurnalisme online ini menurut Mark Deuze (Widodo, 2020):

Pertama, berkonsentrasi pada editorial content dengan basis public connectivity.

Jurnalis akan membuat dan mengoreksi konten yang terdiri dari teks (kata-kata lisan atau tulisan, gambar diam atau bergerak). Sementara konekivitas publik dimaknai sebagai komunikasi 'publik' yang tanpa hambatan, baik penyuntingan (editing) atau moderasi (moderation).

Kedua, berkonsentrasi pada komunikasi partisipatoris yang ditawarkan situs berita. Komunikasi partisipatoris terbuka memungkinkan pengguna situs berbagi komentar, mengunggah, hingga mem-file konten tanpa intervensi penyaringan. Sebaliknya, komunikasi partisipatoris tertutup hanya memungkinkan pengguna berpartisipasi tapi harus melalui kontrol editorial yang ketat.

Mark Deuze (dalam Widodo, 2020, h. 22) mengklasifikasikan empat jenis jurnalisme online:

https://firstmonday.org/article/view/893/802
https://firstmonday.org/article/view/893/802
1. Mainstream News sites

Jurnalisme ini biasa dikenal sebagai situs berita mainstream yang menawarkan pilihan editorial content, misalnya: situs BBC, CNN, Kompas.com, detik.com, dsb. Tingkat komunikasi partisipatoris jurnalisme ini cenderung tertutup sebab harus melalui kontrol editorial yang cukup ketat.  

2. Index & Category sites

Jurnalisme ini lekat dengan keberadaan mesin pencari (misalnya Google, Yahoo, Altavista), perusahaan riset pemasaran (misalnya Moreover), atau agensi, hingga individu.

Jenis jurnalisme ini menjual links mendalam ke situs berita manapun di World Wide Web. Tim editorial biasanya akan mengkategorisasi dan memberi catatan link situs website.

3. Meta & Comment sites

Jurnalisme ini dikenal sebagai "jurnalisme tentang jurnalisme" atau pengawas media, seperti Freedomforum, Mediachannel, Poynter's Medianews. Ada juga yang mengartikannya sebagai index & category sites versi lebih luas, misalnya: Europemedia, European Journalism Center Medianews).

Jurnalisme online ini membahas konten media berita dan isu-isu media umum yang ditemukan di situs mana pun di internet dalam editorial content-nya.

4. Share & Discussion sites

Situs ini menggunakan tuntutan publik untuk suatu konektivitas. 

Caranya ialah menyediakan platform diskusi konten apapun yang ada di internet. Situs ini membantu publik yang ingin berhubungan dengan orang lain dalam tingkatan global tanpa batas. Perannya adalah sebagai sarana bercerita, bertukar ide, dan sebagainya. Situs ini biasanya memilih tema-tema spesifik, seperti Independent Media Centers yang membahas isu anti globalisasi berskala dunia, atau Slashdot dengan berita-berita komputernya.

Setelah memahami definisi dan jenis jurnalisme online, sekarang kita lanjut memahami saudara kembarnya, yakni si jurnalisme multimedia.

Jurnalisme Multimedia

https://www.elmhurst.edu/blog/multimedia-journalism/
https://www.elmhurst.edu/blog/multimedia-journalism/
Konsep multimedia dalam aktivitas jurnalistik mengusung hadirnya beberapa media dalam suatu konten berita.

Lalu pertanyaan yang muncul ialah, "Banyak media yang seperti apa?"

Maksudnya ialah ada kombinasi teks, foto, audio, video, grafik, dan interaktivitas yang disajikan di situs Web dan hadir dalam format non-linier.

Tujuannya untuk menyajikan cerita dengan cara yang informatif sekaligus menarik. Akan tetapi, perlu diingat bahwa banyaknya media yang hadir bukan untuk mengulangi informasi tetapi saling melengkapi.

Deuze mendefinisikan jurnalisme ini dalam dua cara:

  • Sebagai presentasi paket berita dengan dua atau lebih format media, seperti kata-kata lisan, tulisan, gambar diam atau bergerak, musik, animasi grafis, hingga elemen interaktif dan hipertekstual;
  • Sebagai presentasi berita dengan integrasi beragam media (tidak selalu simultan), misalnya website, email, SMS, MMS, radio, teleteks, koran, majalah cetak.

"Multimedia journalists are storytellers who work across many dimensions... they tell their stories through some combination of text, images, sound, video and graphics... You'll dive into video editing, art software, web design, film production and audio engineering."---Elmhurst University.

Sesudah memahami perbedaan keduanya, Anda akan saya ajak untuk melihat peran dan dampak hadirnya kedua saudara kembar ini bagi masyarakat.

Peran Si Kembar Jurnalisme Online dan Jurnalisme Multimedia

Perubahan cara interaksi masyarakat dengan media dalam era infromasi membuat adanya peralihan dari media konvensional ke media online dalam rangkaian produksi dan distribusi menaruh konsekuensi pada cara kita memahami dan memvisualisasikan lingkungan sekitar.

Berikut ini beberapa trend yang berhubungan dengan kebiasaan orang mengakses berita:

  • Membaca-- pembaca versi online makin bertambah;
  • Menonton-- penonton melihat dunia makin dikontekstualisasikan dengan adanya manipulasi penyuntingan gambar dan video;
  • Mendengarkan-- pendengar radio ada yang beralih ke sarana online;
  • Multitasking-- pengguna media kontemporer semakin terlibat dalam kegiatan konsumsi dan produksi informasi dalam berbagai media yang berbeda secara bersamaan, misalnya mendengarkan radio, membaca surat kabar, dan menjelajahi Google di waktu yang bersamaan.

Tak ayal muncul beberapa masalah yang dialami individu dalam mengaskses informasi dari internet (Deuze dalam Widodo, 2020, h. 28):

1. Individu sulit mengakses, menggunakan, termasuk berinteraksi dengan banyaknya informasi yang diproduksi jurnalisme multimedia.

Pengguna menyukai situs berita multimedia namun juga tak ingin dibuat pusing dengan mengklik gambar atau rekaman suara;

2. Individu makin berharap media juga berperan membentuk makna, pengalaman, dan informasi. 

Sebagai contoh, jurnalisme kian menyadari keterlibatan sukarelawan publik, seperti citizen jurnalism, user-directed journalism, dialogical journalism.

Alhasil, Mark Deuze kemudian mengkategorikan dua budaya penggunaan media pasca hadirnya dua jurnalisme di platform digital ini:

1. Masyarakat mengutamakan kebahagiaan dan mengonsumsi apapun yang ditawarkan media secara multiasking;

2. Ada keinginan dan kemampuan terlibat aktif dalam proses jurnalisme, permintaan konteks, dan perspektif beragam dengan topik yang diminati, serta ikut ambil andil dalam berbagai kolaborasi storytelling.

Sekarang, Anda sudah tahu kan perbedaan si saudara kembar ini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun