Mohon tunggu...
Florensius Marsudi
Florensius Marsudi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Manusia biasa, sedang belajar untuk hidup.

Penyuka humaniora - perenda kata.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Membiasakan Murid Berani Bertanya

18 Januari 2023   11:49 Diperbarui: 18 Januari 2023   12:10 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Membiasakan murid untuk berani bertanya. (dok.pribadi)

Sebuah kebahagiaan

Menjadi guru adalah profesi yang sangat membahagiakan, setidaknya bagi saya.  Disaat orang lain sibuk dengan kertas, sibuk dengan angka, sibuk dengan nomor, bahkan sibuk memikirkan diri sendiri, seorang Guru sibuk memikirkan orang lain. Ia memikirkan, mendidik, membimbing, mengajar, mengarahkan, melatih, menilai, mengevaluasi peserta didik (bdk. Undang-Undang tentang Guru Dosen, Bab I, pasal 1). 

Kebahagiaan itu semakin bertambah ketika mengajar, para siswa aktif, suasana kelas hidup nan menyenangkan, serta anak-anak merasa enjoy belajar dengan gurunya.

Tetapi, kadang gambaran tersebut tak sesuai dengan kenyataan. Kadang kelas sepi seperti tiada berpenghuni, proses pembelajaran lambat, guru seperti mengajar dari dan untuk diri sendiri. 

Menghadapi situasi tersebut, guru harus bagaimana? Putus asa? 

Hm.....nggak boleh. Guru tak perlu putus asa. Bagi saya, mengajar itu sebuah seni. Seni dalam banyak hal, seni memperhatikan, seni menyampaikan-berkomunikasi, dll, termasuk seni membiasakan murid untuk berani bertanya.

Membutuhkan persiapan

Tentu sebelum mengajar saya sudah meniatkan diri untuk belajar semampu saya. Mempersiapkan (mempelajari) materi, trik, daya kesanggupan siswa, capaian yang diharapkan, dan metode yang akan dipakai. Meniatkan hati, meniatkan budi untuk fokus menghadapi para siswa dengan seluruh materi, itulah persiapan pertama.

Kedua, saya jarang menggunakan metode, bahasa Yunani: metodhos, jalan, cara menempuh tujuan (bdk. Zainal Aqib-Ari Murtadlo, 2016),  yang sama dalam mengajar. Saya membuat variasi dalam metode pembelajaran, dengan maksud agar anak didik nggak bosan, tak jenuh mendengarkan suara saya. Dalam banyak proses pembelajaran, biasanya saya hanya akan "memancing" siswa untuk selalu aktif, terlebih aktif terlibat, menyimak....setelah itu, mereka mau bertanya.

Kata - kata yang menggugah menjawab meneruskan, sekaligus pertanyaan memancing jawaban yang sering saya gunakan:

"Anak pinter ayo bantu Bapak menjelaskan lagi...."

"Wah, bagus jawabanmu, Nak. Bisa ditambahi dikit biar tambah sempurna...."

Pada lain kesempatan saya membawa barang ke depan kelas. Saya membawa serabut kelapa kering di depan kelas. Nggak bicara sedikitpun. Serabut saya tunjukkan pada siswa. Bagi mereka itu barang baru, lalu pasti ada yang tanya...

"Apa itu Pak?"

"Untuk apa Pak?"

"Bapak ambil dimana?"

Dan....seterusnya.


Manfaat

Dari beberapa pengamatan yang saya lakukan, anak-anak yang dibiasakan untuk berani bertanya, ia akan memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi.  Percaya diri, bahwa ia membutuhkan jawaban, bahwa ia ingin maju selangkah dengan apa yang ia ketahui.
Kemudian, anak-anak yang dibiasakan bertanya, mereka juga membentuk diri untuk menjadi pribadi yang mau belajar. Belajar "mikir sebelum nanya". Bertanya juga menggunakan arah, tujuan: apa yang mau ditanyakan, jawaban yang diharapkan dst.
Dengan proses semacam ini, saya sangat berharap, anak-anak ini kalau dewasa, mampu mandiri pikir, dan akhirnya kalau bicara berpikir dulu.


Kendala - solusi

Kadang murid merasa malu. Bahkan dalam suatu kesempatan, ada yang mengatakan, kalau murid yang sering bertanya itu adalah murid bodoh. Sedih mendengar kata-kata seperti itu. Mengatasi kendala tersebut, seorang pendidik perlu memberikan diri (hati) bagi para muridnya. Pendidik harus berani menjadi sahabat, orang tua bagi anak didiknya. Pendidik perlu "membesarkan hati" para muridnya agar tidak malu (bdk. Yus R. Hernandez, 2013:162) untuk bertanya.  

Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun