"Wah, bagus jawabanmu, Nak. Bisa ditambahi dikit biar tambah sempurna...."
Pada lain kesempatan saya membawa barang ke depan kelas. Saya membawa serabut kelapa kering di depan kelas. Nggak bicara sedikitpun. Serabut saya tunjukkan pada siswa. Bagi mereka itu barang baru, lalu pasti ada yang tanya...
"Apa itu Pak?"
"Untuk apa Pak?"
"Bapak ambil dimana?"
Dan....seterusnya.
Manfaat
Dari beberapa pengamatan yang saya lakukan, anak-anak yang dibiasakan untuk berani bertanya, ia akan memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi. Â Percaya diri, bahwa ia membutuhkan jawaban, bahwa ia ingin maju selangkah dengan apa yang ia ketahui.
Kemudian, anak-anak yang dibiasakan bertanya, mereka juga membentuk diri untuk menjadi pribadi yang mau belajar. Belajar "mikir sebelum nanya". Bertanya juga menggunakan arah, tujuan: apa yang mau ditanyakan, jawaban yang diharapkan dst.
Dengan proses semacam ini, saya sangat berharap, anak-anak ini kalau dewasa, mampu mandiri pikir, dan akhirnya kalau bicara berpikir dulu.
Kendala - solusi
Kadang murid merasa malu. Bahkan dalam suatu kesempatan, ada yang mengatakan, kalau murid yang sering bertanya itu adalah murid bodoh. Sedih mendengar kata-kata seperti itu. Mengatasi kendala tersebut, seorang pendidik perlu memberikan diri (hati) bagi para muridnya. Pendidik harus berani menjadi sahabat, orang tua bagi anak didiknya. Pendidik perlu "membesarkan hati" para muridnya agar tidak malu (bdk. Yus R. Hernandez, 2013:162) untuk bertanya. Â
Semoga bermanfaat.