Sungguhku semakin rindu akan suasana rumah nenek. Aroma dari daun teh yang terseduh oleh air panas, begitu harum dirongga dan menambah rasa tenang. Kosong sudah isi cawan pertama, lalu kutuang kembali isi nya secara perlahan. Disaat yang bersamaan kulihat seorang wanita berdiri tepat didepanku, wajahnya membuatku kagum dan diam seribu bahasa, namun sedikit percikan dari air teh yang kutuang membuatku sadar kembali.
"Revan, kan? Sorry ya, jadi bikin lu nunggu." Ucap wanita itu sambil mengulurkan tangannya.
Guratan senyum dibibirnya, khayalku langsung melayang jauh. Retina yang terkena sorot  jingga, lalu samar-samar menutupi refleksi wajah nya yang kulihat dari kaca jendela. Wanita ini yang ingin kutatap kedepannya disetiap sore hariku. Menuangkan perlahan teh untuk kunikmati, sambil sesekali bergurau kala pergelangan lengan ini mendekap tubuhnya.
Mataku mengedip sekejap, lalu dengan senyum sumbringah mempersilahkan Ratih untuk duduk tepat didepanku. Obrolan hangat mempersatukan dua insan yang saling bertatap wajah, waktu perlahan membuat satu sama lain saling mengenal lebih dalam mengenai karakter masing-masing.
 Ia bukan hanya cantik parasnya, namun juga hatinya. Mungkin tidak akan ada habisnya jika aku terus memikirkan alasan tepat Ia memilihku, namun satu hal yang lebih penting, aku hanya perlu menikmati momentum ini dan menjaga agar Ia tidak kecewa akan pilihan yang telah dibuat nya.