QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) adalah standar kode QR yang dikembangkan oleh Bank Indonesia dan Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) untuk memudahkan transaksi pembayaran digital di Indonesia. Penggunaan QRIS di Indonesia terbilang cukup tinggi yaitu sebesar 47,8 juta pengguna untuk tahun sekarang (2025). Tentu ini merupakan angka yang cukup tinggi, akan tetapi penggunaan QRIS di Indonesia saat ini masih belum merata.Â
MENJADI PERBINCANGAN DI NEGERI PAMAN SAM, AMERIKA SERIKAT
Kabar membanggakan datang dari Indonesia, setelah QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) menjadi sorotan hangat dan mendapat perhatian di Amerika Serikat. Lonjakan transaksi QRIS yang tercatat pada Mei 2025 mencapai 151%, menjadi bukti nyata perkembangan pesat sistem pembayaran digital ini. Pertumbuhan tersebut meningkatkan antusiasme masyarakat sekaligus kepercayaan para pelaku usaha terhadap QRIS sebagai alat pembayaran kebanggaan nasional. Pedagang dan UMKM di berbagai daerah merasakan langsung manfaatnya, inilah bentuk nyata kemajuan digitalisasi pembayaran di Indonesia.
LONJAKAN PENGGUNAAN QRIS DI INDONESIA, MEI 2025
Kenaikan QRIS sebesar 151% di bulan Mei 2025 menunjukkan pencapaian yang signifikan. Walaupun menjadi bahan perbincangan di tingkat internasional, justru di dalam negeri adopsi QRIS semakin kuat. Faktor utama yang membuat masyarakat dan UMKM tertarik adalah keamanan, kecepatan, serta kemudahan dalam bertransaksi. Â
MENGAPA DESA MASIH MINIM PENGGUNAAN QRIS?
Meski perkembangannya pesat, penggunaan QRIS di desa masih sangat terbatas. Hal ini saya alami langsung selama KKN di Desa Tanjung Pering, Kecamatan Indralaya Utara, Kabupaten Ogan Ilir. Sebagian besar pelaku UMKM di desa tersebut masih bergantung pada transaksi tunai. Penyebabnya adalah akses yang terbatas ke layanan keuangan modern, karena jarak agen BRI Link maupun agen Dana cukup jauh dari desa. Selama KKN, saya juga sempat mengalami kesulitan ketika ingin menukarkan uang digital karena ketiadaan agen terdekat. Sebagai konsumen, saya pun tidak dapat menggunakan QRIS sebab mayoritas pedagang belum menerapkannya.
 APAKAH DESA MEMBUTUHKAN QRIS?
Desa memiliki potensi besar dalam sektor ekonomi, terutama karena banyaknya usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang menjadi penopang utama perekonomian desa. Namun, salah satu kendala terbesar yang mereka hadapi adalah keterbatasan akses terhadap sistem keuangan modern. QRIS dapat menjadi solusi yang tepat dengan memberikan kemudahan transaksi baik bagi konsumen, pedagang, maupun pelaku UMKM.
Dengan hanya menggunakan smartphone, pelaku usaha di desa dapat menerima pembayaran dari berbagai platform e-wallet dan mobile banking. Hal ini memberikan keuntungan besar bagi pelanggan yang ingin bertransaksi tanpa harus menggunakan uang tunai. Kehadiran QRIS di desa seperti Tanjung Pering akan mempermudah akses pembayaran digital dan mendukung kemajuan ekonomi desa melalui ekosistem keuangan yang lebih inklusif dan modern. Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI