Mohon tunggu...
Fitri Manalu
Fitri Manalu Mohon Tunggu... Lainnya - Best Fiction (2016)

#catatankecil

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dinding

7 Mei 2018   15:32 Diperbarui: 7 Mei 2018   16:20 586
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: neutralduo.com

"Terserah! Mulai sekarang aku yang akan mengawasi dinding-dinding ini. Kau jangan ikut campur!"

Melihat suamiku berang, aku tak berani berkata-kata lagi. Terserah padanya saja. Aku tak memiliki kekuatan untuk menghalangi. Pun ketika ia memutuskan untuk berhenti bekerja. Setiap hari ia hanya mengawasi seluruh dinding rumah untuk mencari-cari setitik noda tanpa mengenal waktu.

Lama-kelamaan, suamiku mulai kesulitan menemukan noda di dinding. Gawatnya, bila sehari saja tak  menemukan apa yang dicarinya, ia lantas mengeluh dan marah-marah. Akulah yang menjadi sasarannya. Ia mulai mencari-cari kesalahanku kemudian mencaci dan mencemoohku sepuasnya.

"Segala ucapanku adalah noda yang mengotori dinding kita. Maafkan aku," ucapnya berulangkali setelah kemarahannya reda.

Aku menangkap penyesalan sekaligus kepuasan yang sulit ditafsirkan dalam sorot matanya yang bercahaya. Ia sengaja menciptakan pertikaian-pertikaian baru. Semakin hari pertikaian itu semakin tak tertahankan. Selain merusak perabot dan barang-barang, ia juga mulai menyakitiku. Menurutku, ia sedang menciptakan noda-noda di dinding rumah kami. Semakin besar noda itu, maka ia merasa semakin puas.

***

Suamiku baru saja keluar untuk membeli sekaleng cat berwarna putih. Suara pintu diketuk. Aku bergegas membukakan pintu lalu membawa masuk sejumlah barang pesanan. Sebentar lagi suamiku akan pulang. Aku harus segera bersiap-siap.

 Beberapa waktu kemudian, suara langkah-langkah mendekat. Itu pasti dia.

"Hei! Mengapa kau biarkan pintu depan tak terkunci? Debu jalanan akan masuk dan mengotori..." kata-katanya terhenti, "a-pa yang kau lakukan?' kaleng cat di tangannya lalu jatuh berdebum di atas lantai.

"Selamat datang di dunia penuh warna," sambutku. Rambut, wajah dan tubuhku berlumuran cat. Coretan warna-warni memenuhi seluruh permukaan dinding rumah kami. Aku menyeringai padanya.

***

Tepian DanauMu, 7 Mei 2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun