Mohon tunggu...
Fitri Apriyani
Fitri Apriyani Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger dan content writer

Blogger di Matchadreamy.com, yang suka membaca dan menulis | IG : @fiapriyani

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Disangka Lagi Diet dan Beberapa Alasan Mengapa Saya Enggan Jalan Kaki

16 Oktober 2022   16:00 Diperbarui: 16 Oktober 2022   16:06 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi jalan kaki di JPO | Photo by Denissa Devy on Unsplash

Jalan kaki merupakan salah satu cara paling mudah dan sederhana untuk menjaga tubuh tetap sehat. Manfaatnya tidak hanya baik bagi kesehatan organ penting seperti jantung, tapi secara perlahan namun pasti, juga mampu menurunkan berat badan. Pasalnya kuantitas langkah kaki yang diayunkan berbanding lurus dengan kalori yang terbuang melalui keringat. 

Sayangnya, beragam manfaat dari berjalan kaki ini tidak serta merta menjadikan orang Indonesia gemar melakukannya. Justru sebuah penelitian dari dari Standford University menyebutkan bahwa warga negara Indonesia paling malas berjalan kaki dibandingkan warga negara lainnya.

Saya tidak ingin membantah atau pun membela diri atas hasil penelitian tersebut. Bisa dibilang saya mungkin salah satu warga yang dimaksud dalam penelitian tersebut: malas jalan kaki!

Namun pada tulisan ini saya ingin menceritakan tentang alasan mengapa saya enggan berjalan kaki di Indonesia. Saya menekankan kata 'enggan', bukan 'malas', karena pada beberapa momen sebenarnya bukan karena saya malas jalan kaki, tapi ada beberapa faktor yang membuat saya enggan melakukannya di Indonesia. 

Dan berikut ini beberapa alasan di antaranya bedasarkan pengalaman saya pribadi.

1. Disangka sedang diet


Beberapa tahun lalu saat saya hendak pulang dari kantor menuju rumah yang kebetulan jaraknya tidak terlalu jauh, saya memutuskan ingin berjalan kaki saja, alasannya ingin lebih sehat dan melancarkan peredaran darah sehabis seharis kebanyakan duduk di depan laptop.

Saya merasa enjoy dan senang sampai ada beberapa teman kantor yang menuju arah yang sama dengan mengendarai sepeda motor, menyapa saya yang sedang berjalan kaki di pinggir jalan.

"Lagi diet ya, Fit?" ujar mereka sambil bergurau dan kemudian pergi sambil tertawa kecil.

Saya hanya bisa tersenyum malas menanggapi.

Keesokkan harinya kebetulan saya tidak masuk kerja, karena cuti. Sehari setelahnya mereka meledek saya dan mengira saya jatuh sakit karena kecapekan jalan kaki dari kantor ke rumah. 

Saya pun terlalu malas untuk membela diri mengatakan bahwa kemarin saya jalan kaki karena ingin sehat.

2. Dianggap sedang irit dan tidak punya ongkos pulang

Nah, selain disangka sedang menjalani program diet, ada kalanya ketika saya jalan kaki pulang dari kantor, teman-teman saya mengira saya sedang irit dan tidak punya ongkos pulang (biasanya saya naik ojek online). 

Bahkan di antara mereka ada yang dengan berbaik hati menawarkan saya tumpangan untuk sampai tujuan, yang kemudian saya tolak.

3. Rentan menjadi korban catcalling

Ilustrasi catcalling | /ketik.unpad.ac.id
Ilustrasi catcalling | /ketik.unpad.ac.id

Di antara alasan paling kuat yang membuat saya enggan jalan kaki adalah untuk menghindari pelecehan verbal selama di jalan oleh pria-pria saat saya melintas, atau yang disebut catcalling.

Ucapan tidak sopan dan bernada melecehkan seperti "Pulang kerja ya neng?", "Mau diantar sama abang gak neng?", "Neng geulis, sendirian aja nih?", terdengar sangat tidak nyaman bagi saya. 

Kalau sudah dihadapkan dengan kondisi tersebut saya cuma bisa diam, menatap lurus ke depan, bergeming, seolah tidak mendengar apa pun.

Baca Juga : Pengalaman Menyaksikan Pelecehan di Halte Busway dan Bagaimana Harusnya Bertindak

4. Jalanan di Indonesia tidak ramah bagi pejalan kaki

Tidak bisa dipungkiri kalau jalan di Indonesia sebagian besar---kalau tidak mau dibilang semua---tidak ramah bagi pejalan kaki. Misal di daerah tempat tinggal saya di Grogol, Jakarta Barat, ada trotoar yang malah digunakan sebagai lapak oleh beberapa pedagang. Kadang ada beberapa ojol juga yang beristirahat memarkirkan motornya di atas trotoar. Kami sebagai pejalan kaki jadi serba salah.

5. Cuaca di Indonesia tidak mendukung berjalanan kaki

Cuaca di Indonesia, terutama Jakarta, yang selalu panas dengan sinar matahari yang terik menjadi alasan mengapa saya sering enggan berjalan kaki. Hanya untuk menempuh jalan kaki yang hanya berjarak kurang dari 1 km saja sudah mampu membuat tubuh basah kuyup oleh keringat, yang mana menjadi sangat tidak nyaman. 

6. Polusi udara yang mengganggu

Tujuan kita berjalan kaki adalah demi menjaga kesehatan, terutama kesehatan jantung. Sayangnya, saat berjalan kaki di Jakarta, saya mau tidak mau malah ikut menghirup polusi udara dari asap kendaraan bermotor yang melintas di jalan raya.

*****

Nah, itu dia beberapa alasan mengapa saya enggan berjalan kaki walaupun sebenarnya saya sangat ingin. 

Alasan yang saya kemukan sebagai warga Jakarta tersebut bersifat sangat personal dan mungkin tidak sama dengan warga di daerah lain yang bisa jadi sangat ramah bagi pejalan kaki. Bagaimana pun berjalan kaki sangat bagus manfaatnya terhadap kesehatan.

Ke depannya saya harap Indonesia bisa menjadi negara yang nyaman untuk para pejalan kaki dan saya harap saya juga bisa lebih banyak berjalan kaki demi menjaga kesehatan diri saya sendiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun