Sahabat,
Ingatkah kau, kita pernah bersama, bertanya pada langit, tentang "Apa yang akan terjadi pada kita di Lima hingga Sepuluh Tahun kemudian."
Ya, Saat itu sambil tertawa, kita merasa Dunia lah milik kita, apapun bisa kita lakukan selama kita masih bersama.
Bahagia, Tangis, Canda, dan Tak jarang Kecewa, telah kita lalui bersama.
Kau selalu disampingku menggantikan Matahari yang terbenam itu, begitupun aku yang selalu siap menghapus sedih mu kala itu.
.
Sahabat,
Kini Lima atau hampir Sepuluh Tahun telah kita lalui...
Ternyata takdir berkata lain, pada akhirnya kita memilih jalan masing-masing.
Kau dengan harapan mu, sementara aku dengan dunia ku.
Ternyata Dunia tak se-ramah waktu itu, segala jenis rasa yang kita lewati bersama ternyata tak ada apa-apanya.
Dunia selalu datang tanpa diundang, lalu pergi meninggalkan sepenggal kisah, tak jarang juga berbentuk luka.
.
Sahabat,
Semua masih sama saat kita berjumpa kembali, senyum mu masih sama, tawa ku masih saja mengganggu pendengaran mu, dan canda kita, masih saja menggila.
Tapi, Ada hal yang berbeda tanpa kita sadari.
Kita telah dewasa, memahami Dunia tak se-Indah dulu.
Mulai dari rasa yang tak pernah terungkap, hingga luka menyayat yang kau sebut Cinta.
.
Disinilah kita sekarang, bertemu, merindu, dan mengakui.
Bahwa masa depan yang dulu pernah kita pertanyakan, saat ini mulai membuka satu per satu lembarannya.
Meskipun kenyataan tak seindah harapan, namun aku berharap kau tetap menjadi sosok kuat seperti yang ku kenal dulu.
Begitu pun aku, dengan segala sisi ku yang tak banyak berubah, kata mu.
Aku tak berharap banyak, begitupun tak bisa memberi banyak.
Yang jelas akan kusimpan kamu dalam Doa ku, Inshaa Allah.
sekarang, mari kita buat lagi lembar baru, dengan pertanyaan yang sama.
.
.
.
"Bagaimana Kita di Lima hingga Sepuluh Tahun kedepan ?"
Teruntuk mu, seseorang yang kusebut Sahabat