Mohon tunggu...
Firman Rahman
Firman Rahman Mohon Tunggu... Lainnya - Blogger Kompasiana

| Tertarik pada finance, digital marketing dan investasi |

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Karyawan Bahagia, Kinerja Perusahaan Meningkat, Jangan Ada Resign antara Kita

27 Mei 2023   13:02 Diperbarui: 9 Juni 2023   03:46 873
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi karyawan bahagia (Sumber gambar: Shutterstock dalam Kompas.com)

Ilustrasi suasana kerja yang nyaman (Sumber gambar: IKEA Business  dalam Kompas.com)
Ilustrasi suasana kerja yang nyaman (Sumber gambar: IKEA Business  dalam Kompas.com)

Tentu saja kebahagiaan ternyata memiliki makna yang lebih kompleks bila dibandingkan pendapatan atau gaji yang menjadi alasan seseorang mengajukan resign. Dan faktanya, memang uang memang bukan menjadi alasan utama. 

Dari survey yang penah dilakukan Majalah SWA, khususnya survey di tempat kerja, maka suasana nyaman menjadi nomor utama (43%), sedangkan pengaruh gaji berada di ranking 4 (12,08%).

Hal ini ditunjukkan sebagai berikut (faktor-faktor utama yang membuat responden bahagia di lingkungan kerja):

  • Suasana kerja yang nyaman, kekeluargaan, saling menghargai, bekerjasama dan saling mengisi. (Sebanyak 43%, di ranking 1).
  • Berhasil mencapai prestasi atau goal yang ditargetkan (12,56%).
  • Dapat mengerjakan tugas atau pekerjaan dengan baik. (12,56%).
  • Gaji, tunjangan-tunjangan dan fasilitas-fasilitas standar terpenuhi. (12,08%).
  • Sistem jenjang karir yang jelas dan memotivasi. (4,83%).
  • Mendapatkan pekerjaan yang menantang. (3,86%).
  • Standar gaji di atas rata-rata industri. (2,90%).
  • Menikmati proses (perasaan nyaman/tanpa tekanan) bila menerima tantangan. (2,90%).
  • Perusahaan memfasilitasi aktivasi/kegiatan yang menyenangkan (olahraga, outbound, familiy gathering, dan lain-lain). (2,42%).
  • Sistem penggajian dan insentif yang jelas dan fair. (1,93%).
  • Mendapatkan pelatihan/ kesempatan belajar/ pengalaman untuk pengembangan diri. (0,97%).

Maka bisa dipahami bahwa secara fakta di tempat kerja yang sepertinya nyaman dengan pekerjaan yang bergaji besar ternyata tidak menjamin kebahagiaan. Ada yang menyebut bahwa kenyamanan workplace social life merupakan faktor yang lebih determinan.

Memaknai Kebahagiaan Menjadi Sebuah Kunci Sukses

Terdapat suatu penelitian menarik yang mungkin bisa menjadi pertimbangan bagi manajemen perusahaan untuk bisa menjadikan tempat bekerja sebagai tempat yang nyaman, yang dilakukan oleh Michael Norton, seorang Guru Besar Harvard School:

We are doing with our money that make us happy in the moment, but that's not always the best strategy for long-term well-being.

Dari hal tersebut bisa dipahami bahwa kebahagian sejati itu ternyata didapat dari pekerjaan itu sendiri. Pekerjaan yang membuat seseorang bermakna, pekerjaan yang membuat bahagia, pekerjaan yang menemukan siapa diri Anda. Dan tentu saja ini adalah sebuah faktor job. 

Pekerjaan yang menantang yang membuat orang merasa larut, yang tentu saja menghasilkan meaning bagi yang bersangkutan yang memberi kebahagiaan.

Hal ini dtegaskan oleh Arvan Pradiansyah, seorang motivator dan juga penulis buku '7 Law of Happiness', "Kalau orang itu bahagia, melihat pekerjaannya bermakna, maka inner beauty-nya akan keluar, semua energi terbaik dan kemampuan terbaiknya juga akan keluar. Semua hambatan dan tantangan tersebut akan mengecil. Karena energi yang begitu besarnya, bisa mengalahkan semuanya."

Dalam konteks bisnis, maka kebahagiaan ini akan mendongkarak produktivitas bisnis. Hal ini ditunjukkan dengan berbagai riset yang ingin mengetahui hubungan positif antara orang bahagia dengan produktivitas.

Salah satunya yang dilakukan oleh John Helliwell, seorang Guru Besar Emeritus, dan juga seorang ekonom University of British Columbia yang mengungkapkan studinya pada lebih dari 100 ribu orang di berbagai negara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun