Mohon tunggu...
Firman Rahman
Firman Rahman Mohon Tunggu... Lainnya - Blogger Kompasiana

| Tertarik pada finance, digital marketing dan investasi |

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Menjadi Wirausaha Kuat Layaknya Ayam Kampung yang Tidak Kampungan

18 Januari 2023   16:16 Diperbarui: 18 Januari 2023   16:33 592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Pict: Infografis diolah)

Kang Rendy juga mencontohkan tentang kawannya yang memiliki 2 alat berat, tapi alat beratnya waktu beli cash. Begitu batubara tidak jalan atau batubara sedang mengalami trend penurunan harga, alat beratnya duduk manis di garasi, berzikir, tidak terganggu oleh apa pun, karena alat berat itu dibayar atau dibeli dengan cara "cash". Dari alat berat yang sederhana, menabung profit, memang membutuhkan waktu yang lama tapi bisnisnya kokoh.

Sama dengan yang disampaikan Dewa Eka Prayoga, sebenarnya kita tidak usah dan tidak perlu gegap gempita, kalau bisa kita punya kos-kosan belinya pun cash.

Ini dia "arus finansial bisnis" sejati, dan saya sangat sepakat dengan arus finansial ini.

Ilustrasi (Pict: Infografis diolah)
Ilustrasi (Pict: Infografis diolah)
Dari alur diatas dapat diketahui bahwa dari modal kerja (bisa berupa barang atau alat), modal kerja ini akan berputar menjadi sales atau penjualan, dari Sales menjadi COGS atau bisa disebut HPP (Harga Pokok Penjualan), dari COGS ini kemudian menjadi Gross Profit, dari Gross Profit menjadi OPS, OPS ini akan menjadi Net Profit.

Nah, kalau misalnya kita disuntik atau diinject dana dari "IF" atau Institusi Finansial, maka dari OPS akan terjadi penambahan biaya yang digambarkan sebagai berikut;

Ilustrasi (Pict: Infografis diolah)
Ilustrasi (Pict: Infografis diolah)

Apabila usaha kita disuntik dana dari Institusi Finanasial maka Operasional akan lelah karena dana yang ada digunakan untuk memcicil atau untuk membayar bungan dan beban yang ada di pos biaya operasional. Sehingga Net Profit akan tertekan (terlalu di push dan hal ini mengakibatkan terjadinya kebocoran dipos biaya operasional).

Saat ini banyak UKM, yang hanya menyelamatkan nafas cicilan bulan demi bulan. Dan inilah masalahnya dan hal ini yang menjadi jebakan dalam pikiran. Misalnya punya target cicilan sebesar Rp. 8 juta, maka otak kita akan terkunci, yang penting Rp. 8 juta selamat dulu.
Berbeda kalau tidak memiliki cicilan sama sekali, otak kita akan bebas. Nah begitu tagihan Rp. 8 juta ini tidak terbayar, hal ini akan merusak flow, galau...

Begitu galau kita tidak bisa memperhatikan "value" di produk. Apalagi kalau sudah mulai ditagih debt collector, didesak terus menerus, akhirnya lupa akan kualitas, lupa akan pelayanan, lupa akan konsep produk dan seterusnya. Begitu lupa maka sales akan turun.

So, seperti yang dikemukakan di atas, maka cicilan ini adalah setan di UKM (Usaha Kecil Menengah), karena mengalami kebocoran di OPS. Begitu cicilan tidak terkejar, maka terpaksa menggunakan short term debt (hutang jangka pendek), ambil cicilan yang bunganya 5% perbulan, cicilan yang bunganya 3% per bulan, cicilan 8% perbulan, cicilan yang 10% perbulan.

Contohnya kalau bergerak di bisnis catering, lupa akan kualitas nasi, lupa akan kualitas masakan. Kalau bergerak dibidang bimbingan belajar, lupa akan kualitas guru, lupa akan kualitas bahan pengajaran dan lain-lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun