Mohon tunggu...
Firman Rahman
Firman Rahman Mohon Tunggu... Lainnya - Blogger Kompasiana

| Tertarik pada finance, digital marketing dan investasi |

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Menjadi Wirausaha Kuat Layaknya Ayam Kampung yang Tidak Kampungan

18 Januari 2023   16:16 Diperbarui: 18 Januari 2023   16:33 592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Pict: Infografis diolah)

Mari kita cintai prosesnya bro. Sekali lagi "proses", dengan bisnis yang baru dibuka ini, alangkah indahnya kalau kita bisa mengawal mulai dari yang sederhana ini. Kalau bahasa Jawa-nya "mlaku timik-timik luwih becik, tinimbang mlayu banter tapi ngipi" (maksudnya: berjalan sedikit demi sedikit lebih bagus, daripada berlari kencang tapi mimpi).

Kekokohan Bisnis

Diskusi pun masih berlanjut,yang akhirnya kami bersama-sama melihat video tentang belajar bisnis, dari Kang Rendy Saputra, CEO dari Keke Busana. Diskusi tersebut membahas tentang bisnis yang dianalogikan seperti ayam. Namun ayam yang dimaksud ada 2 jenis yaitu ayam kampung dan ayam broiler (ayam potong).

Oh ya, bahan diskusi dari Kang Rendy ini benar-benar tidak membahas tentang riba dan riba ini bukan hot issue yang dibahas disini. Isu yang dibahas adalah "kekokohan bisnis".

Nah menurut Kang Rendy, kalau isunya tentang riba, dikhawatirkan kalau ada yang mengaku syariah, tentunya pinjaman dengan label syariah akan di ambil juga. Makanya isu yang akan didiskusikan adalah "kokoh", apakah bisnis kita itu sekarang sudah kokoh atau belum?

Ilustrasi (Pict: Infografis diolah)
Ilustrasi (Pict: Infografis diolah)

Ayam broiler ini butuh waktu 3 sampai 4 minggu untuk mencapai berat yang ideal 1 kg. Sedangkan ayam kampung butuh 40 sampai dengan 60 minggu untuk mencapai berat 1 kg.

Di lapangan, ayam broiler ini misalnya ada petir, ayam ini akan stress, ada yang mati dan rapuh. Apalagi dalam perjalanan panjang untuk dikirim ke tempat tujuan ketumpuk-tumpuk satu dengan yang lain pun bisa mati dan bad mood saja dia bisa mati.

Berbeda dengan ayam kampung, mendengar suara petir dan segala macamnya masih bisa survive, karena ayam kampung ini tumbuh secara organik, ayam ini mencari makan sendiri, mematu-matuk makanannya di tanah, dan kalau ada petir pun dia cukup berteduh di bawah pohon, begitu hujan reda, dia keluar dan segar lagi.

Nah disini menurut Kang Rendy, banyak bisnis yang masuk kategori sebagai ayam broiler karena dipaksa besar dengan cepat, dipaksa besar dengan utang, disuntik ini dan itu maka bisnis ini "besar" tapi rapuh, dan ketika market tidak jalan, sales-nya kurang, akhirnya capek untuk mencicil atau membayar angsuran, akhirnya dia mati.

Berbeda dengan bisnis model ayam kampung, bisnis ayam kampung itu adalah bisnis yang menabung profit terus menerus, memang lama dan akhirnya bisnis model ini kuat dan kokoh. Mau market atau pasar turun, mau market tegak, bisnis ini tetap berdiri kokoh. Kalau pun marketnya tidak ada ya sudah, tidak apa-apa.

Contoh yang sangat mudah, yang terjadi selama ini, bisnis alat berat yang modalnya dari hutang. Karena berhutang, ketika batubara trendnya sedang jatuh, akhirnya alat berat itu pun tidak terpakai, yang ujung-ujungnya bingung untuk mencicil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun