Ciri fisik Badak Jawa ini bisa dililhat berupa matanya kecil dengan lipatan kulit, lubang hidung yang dapat ditutup, rambut hanya terdapat pada daun telinga, kelopak mata dan ujung ekor. Bibir atasnya mirip seperti jari ( panjang melancip untuk mengambil daun dan ranting). Setiap kakinya memiliki tiga kuku.
Badak Jawa mempunyai indera pendengaran dan penciuman yang tajam, tetapi indera penglihatannya tidak bagus. Badak tidak bisa melihat jauh, sehingga kesulitan mendeteksi bahaya yang berada di dekatnya. Selain itu, mata badak pun buta warna.
Oleh karena itu, untuk mengamati situasi lingkungan sekitarnya, Badak Jawa ini mengandalkan hidung dan telinganya. Mereka sangat sensitif terhadap suara. Jika suara yang didengarnya bernada ancaman, secara naluri Badak Jawa ini akan menyerang.
Namun Badak Jawa ini dikenal sebagai hewan pemalu. Dia hidup menyendiri. Badak baru berkumpul dengan pasangannya saat memasuki masa berkembang biak dan saat mengasuh anak.
Badak Jawa ini senang berada di area hutan hujan tropis dataran rendah Ujung Kulon di areal dekat daerah aliran sungai dan rawa-rawa untuk berkubang. Badak Jawa ini menyukai kondisi lingkungan hutan dengan pohon-pohon yang rimbun, daerah hutan dengan semak belukar dan pohon perdu yang rapat.
Badak Jawa kurang senang berada di tempat terbuka, khususnya di siang hari. Badak Jawa senang menghabiskan hari-harinya di areal hutan yang lebat. Mereka memakan berbagai jenis tumbuhan berupa ranting, kulit kayu, pucuk-pucuk daun dan tunas muda.
Diambang Kepunahan
Berdasarkan laman resmi Kementerian Kehutanan (Desember 2024), Badak Jawa diduga telah ada sejak zaman Pleistosen (2 juta tahun lalu). Badak Jawa ini mempunyai akar evolusi di Eurasia dan Afrika. Badak Jawa ini berkerabat dekat dengan Badak India (Rhinoceros unicornis).
Persebaran Badak Jawa ini mempunyai wilyah persebaran yang luas, mulai dari India Timur, Myanmar, Thailand, Laos, Kamboja, Vietnam hingga Jawa. Namun spesies Badak Jawa di negara-negara tersebut telah punah. Terakhir di Vietnam, terlihat tahun 2010 lalu.
Kini, Badak Jawa yang tersisa hanya terdapat di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) sebagai tempat hidup habitat alami mereka. Dengan luas 105.694,46 hektar, TNUK menjadi warisan dunia sebagai habitat Badak Jawa di muka  bumi ini.
Berkurangnya populasi badak secara drastis (juga Badak Jawa) dikarenakan hilangnya habitat alami badak akibat tekanan manusia berupa pembukaan hutan untuk perkebunan dan pertanian. Konon, tekanan ini dipicu oleh adanya kolonialisme ke berbagai belahan bumi.