Mohon tunggu...
Raden Firkan Maulana
Raden Firkan Maulana Mohon Tunggu... Pembelajar kehidupan

Menulis untuk Kehidupan yang Lebih Baik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

"Mupusti Pare," Kearifan Lokal Masyarakat Adat Kasepuhan yang Membuat Bumi Tersenyum

27 Agustus 2025   12:43 Diperbarui: 27 Agustus 2025   15:17 695
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lahan sawah dik Kasepuhan (Sumber: Solehpudin/Antropolog Kemendesa)

Karena tanah huma tersebut tidak hanya ditanami padi saja, tapi juga tanaman lainnya seperti kacang-kacangan, mentimum, labu, dan jagung sebagai tanaman tumpangsari.

Dalam menjalankan aktivitas pertanian padi, leluhur masyarakat adat Kasepuhan telah mewariskan berbagai bentuk tradisi ritual adat dalam siklus masa tanam padi, yaitu sebagai berikut:

Ngaseuk dan Tandur.

Kata Ngaseuk dalam Bahasa Sunda ini mempunyai arti menanam padi di huma atau ladang (lahan kering) dengan menggunakan aseuk (tongkat berujung lancip).

Aseuk ini berfungsi untuk melubangi tanah sebagai tempat benih padi yang akan ditanam. Kegiatan Ngaseuk dimulai ketika Abah sebagai pemimpin adat mulai turun ke lahan huma untuk memimpin prosesi ritual adat sebagai pertanda dimulainya waktu penanaman padi.

Sedangkan Tandur mempunyai arti menanam padi di sawah. Menanam padi di sawah bisa dilakukan dengan diawali terlebih dahulu Ngaseuk di Huma (ladang).

Pada dasarnya, kegiatan apa pun yang berkaitan dengan aktivitas menanam padi di sawah harus diawali dengan menanam padi di huma. 

Hal ini nanti berlaku juga saat panen padi. Tandur sendiri merupakan cara menanam padi di sawah dengan cara satu kali tanam lalu mundur satu langkah, begitu seterusnya.

Masyarakat Kasepuhan meyakini bahwa padi yang ditanam di huma adalah padi yang dirawat sendiri oleh Ibu Bumi. Ketika melakukan Ngaseuk di huma, masyarakat hanya melakukan menebarkan benih padi dan membiarkan padi tumbuh dengan sendirinya secara alami. Hal ini berbeda dengan padi sawah yang pertumbuhan padinya melibatkan campur tangan manusia dalam perawatannya.

Ada 3 kegiatan persiapan untuk melakukan Ngaseuk, yaitu: (1) Nyacar, yaitu kegiatan mencabuti tanaman liar di huma; (2) Ngahuru, yaitu kegiatan membakar tanaman liar yang sudah keringh hasil dari Nyacar; (3) Ngaduruk, yaitu kegiatan membakar tanaman liar yang belum bersih terbakar saat ngahuru.

Selanjutnya, sehari sebelum pelaksanaan Ngaseuk, dilaksanakan kegiatan ritual carita pada saat malam hari sebagai bentuk amit kepada leluhur dan Tuhan agar kegiatan Ngaseuk esok hari dapat berjalan lancar.

Mipit.

Arti kata ini adalah memetik atau menuai. Kegiatan ini berhubungan dengan panen. Dan panen padi di Kasepuhan tidak dilakukan dengan bantuan menggunakan alat seperti arit. Kegiatan Mipit menggunakan etem atau ani-ani yaitu pisau kecil. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun