Mohon tunggu...
Firasat Nikmatullah
Firasat Nikmatullah Mohon Tunggu... Pendatang Baru

Aku adalah apa yang kamu pikirkan

Selanjutnya

Tutup

Book

Darurat Literasi: Rekomendasi Buku Wajib untuk Negara

26 September 2025   21:21 Diperbarui: 26 September 2025   22:16 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mereka lebih sering baca polling daripada buku.  
Lebih sering baca komentar netizen daripada jurnal akademik. Lebih sering baca caption influencer daripada laporan riset. Makanya kebijakannya kadang kayak konten endorse:

viral, tapi nggak ada isinya.

Buku itu bukan gaya hidup. Buku itu GPS buat pejabat yang pengen nyampe ke tujuan tanpa nabrak rakyat.

Kebijakan Tanpa Bacaan

Kebijakan publik kita kadang kayak sinetron:

dramatis, nggak logis, dan penuh plot twist yang sangat tidak penting.

Hari ini larang ini, besok izinkan itu. Minggu ini bilang "prioritas rakyat", minggu depan anggaran malah buat renovasi ruang kerja. Kayak nulis skrip pake mood, bukan pake data.

Pejabat yang nggak baca itu kayak chef yang nggak pernah nyicipin masakan sendiri. Dia masak kebijakan, tapi nggak tahu rasanya. Akhirnya rakyat yang jadi korban food poisoning kebijakan setengah matang.

Dan lucunya, kalau kebijakan gagal, solusinya bukan evaluasi. Tapi bikin kebijakan baru. Kayak anak sekolah yang remedial terus, tapi nggak pernah belajar ulang. Yang penting ada keputusan. Soal dampak? Nanti aja.

Rekomendasi Buku Wajib untuk Negara

Kalau boleh nitip, ini beberapa buku yang wajib dibaca pejabat kita. Biar nggak asal mangap, asal bunyi, atau asal ide.

1. The Wretched of the Earth – Frantz Fanon
Tentang luka kolonial, elite yang lupa akar, dan rakyat yang dijadikan objek pembangunan.  
Cocok buat pejabat yang sering bilang “kami sudah turun ke lapangan” tapi cuma buat foto.

2. Pedagogy of the Oppressed – Paulo Freire
Tentang pendidikan yang membebaskan, bukan mendikte. Cocok buat pejabat yang suka bikin program “cerdas” tapi nggak pernah dengar suara rakyat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun