Mohon tunggu...
Fiqran Nugraha
Fiqran Nugraha Mohon Tunggu... Jurnalis - Sebuah Akun Dengan Coretan pribadi

Line : fiqrannugraha

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Nanti Kita Cerita tentang Rumah Ini

17 Februari 2020   14:46 Diperbarui: 17 Februari 2020   14:55 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
instagram.com/adeliaaaaaaaaaaaaaaaaa

Akhir akhir ini dari 4 sosial media yang aktif ku geluti, berenang dengan riuhnya semangat komunikasi antar sesama makhluk sosial yang terkenal dengan cepatnya kekuatan sihir mereka untuk membuat sesuatu hal menjadi terkenal hanya dengan beberapa menit saja. Whatsapp, twitter, instagram, facebook itulah sosial media yang saat ini kugeluti sembari mengutak atik beberapa trending topik. 

Ada kata sederhana yang sering di kumandangkan baik itu politikus, pujangga, sastrawan, para aktivis, serta para penjahat penjahat berlabel sutra. Kata yang sedikit memiliki banyak makna. RUMAH... yah, Ada yang beranggapan sebagai tempat tinggal, ada yang beranggapan sebagai tempat ternyaman, bahkan ada yang mengganggap pasangannya sebagai rumahnya. Rumah paling tidak dari beberapa anggapan, memiliki konklusi sebagai tempat yang nyaman berkumpulnya sebuah keluarga.

Sedikit kuperkenalkan, tentu setiap makhluk sosial memiliki sebuah rumah untuk menyelimuti dirinya dari rasa aman yang begitu sejuk menusuk hingga batin terasa ingin terlelap didalamnya selamanya tanpa meninggalkannya sebentar saja. Kadang hal inilah yang membuat kita menjadi orang orang fanatik. Melindungi rumah dari kerasnya badai, teriknya panas, serta dinginnya malam. Kalau ada kerusakan kita akan langaung memperbaikinya, entar dengan cara sederhana atau dengan cara cara lainnya.

Aku hampir lupa memperkenalkan, aku punya rumah lain di kampus. Sebuah tempat sederhana tempat para anggota keluargaku berkumpul, silih berganti bangunan kokoh itu melahirkan para cendekiawan cendekiawan, pengusaha pengusaha, para pimpinan pimpinan perusahaan. Bukan tidak mudah mendapatkan hal itu, yah... Kalau di bandingkan dengan keluarga ibunda UMMI , bassewang dan untung mereka mungkin lebih hebat lagi... 

Apalagi keluarga sutrisno,  sudah memiliki keluarga yang sampai di level indonesia. Keluargaku ini kecil nan sederhana tapi terawat dengan baik, kalau dari umurnya itu tidak kalah saing dengan yang lainnya. Kembali ke keluargaku yang sederhana namun tetap hebat ini, aku lihat para kakakku sudah mulai sibuk dengan dunianya, kadang mereka datang menghampiri menengok keluarga kecil ini, ada yang mengirimi uang,  ada yang memberikan oleh oleh khas tempatnya bermukim, ada yang membuat sebuah acara berkumpul dengan keluarga lama dan baru dan berbagai macam.

Hal yang menarik dari hal ini adalah saya mengingat ketika baru dilahirkan di rumah ini. Saya melihat para kakak bermain bola bersama, tertawa bersama, saling marah memarahi dengan penuh cinta... Sedikit menyebalkan dengan pura pura sakit kalau sedamg ingin bercinta dengan keluarga sebelah.

Ada sebuah frame story instagram yang di boyong banyak oleh penggunanya yaitu tertulis.... Nanti kita cerita tentang hari ini.. Aku mengingat masa lalu begitu banyak, sampai tertawa dan sedih dengan sendirinya, panjang juga kalau ingin di cerita walaupun hanya untaian untain sendu dan rindu yang terlibat. Namun itulah yang membuatku seakan berusaha untuk memcoba mengikuti tren para keyboard keyboard warrior se dunia sosial media yang biasa kita sebut netizen.

Setiap rindu akan selalu terbawa dan teringat kapanpun itu. Namun aku resah dengan sendu yang sedikit kejam belakangan ini dengan keluargaku. Aku tidak lagi melihat para adik adikku itu berkumpul bersama, aku tidak lagi melibat mereka bersenda gurau, saling akrab satu sama lain... Kemarin adikku yang paling menggemaskan memberitahu jawabannya bahwa kakak terlalu sibuk jadi tidak melihat keseharian kami... Benarkah seperti itu?
Setelah menelaah beberapa saat tentang rindu begitu dalam ini, aku berfikir aku mungkin salah dalam hal ini, tapi apa benar... Isi pikiran itu berputar putar, di antara rindu rindu yang bergelora, toh... 

Kalau memang hanya itu penyebabnya bagaimana mungkin, penglihatanku tidak seperti yang dulu lagi. Apakah masih ada candaan kakak adik di rumah kita itu? Apakah masih ada belajar bersama ketika malam tiba? Apakah masih ada protes protes adik kepada kakaknya? Yang terlihat peka adalah amarah penuh cinta yang masih sering berdengung di telinga ini. Paling tidak ngopi bareng dengan kakak dan adik itu tidak hilang. 

Akan banyak pendapat tentang keluargaku ini, karena umurnya sudah mulai beranjak lagi, mulai banyaknya anggota keluarga baru. Perspektif akan Selalu hadir, karena disitulah letak interpretasi dari tujuan keluarga dibangun... Membuat anggota keluarga memiliki telaah intelektual yang lebih dengan penuh jiwa kritis, setidaknya sebagai kakak, saya menanti jiwa jiwa milenial itu. 

Kalau sedikit mengingat dulu itu setiap generasi berkumpul jadi satu, kalau sekarang mungkin hanya beberapa saja. Atau mungkin beda zaman, beda masa, beda cara, Itu mungkin argumentasi yang tepat, kurang metode berkumpul bersama keluarga sedikit berbeda sekarang tapi semoga tetap pada fitrahnya dan tetap menjadi Rumahku yang nyaman.

Paling tidak, akhir kata itu. Kalau mereka bilang nanti kita cerita tentang hari ini... maka tidak menjadi sebuah kita sedih di hari minggu kata crishye. Namun semoga kisah ini menjadi sebuah kisah klasik kata om duta... di teras rumah sembari meminum kopi bersamamu, bercerita tentang keluargamu dan keluargaku yang bahagia dengan memiliki rumah bersama ini.

Ditulis oleh rindu yang menggema
17/02/2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun