Setelah misimu selesai, kehancuranku seolah karunia buatmu. Kau bertepuk tangan di branda sambil tertawa dengan suara paling lantang
Kau begitu menikmati lukaku dengan amat santun
Meminta maaf padaku seolah-olah itu hanya luka kecil yang mudah disembuhkan
Beruntung, aku memiliki sepasang telinga yang tak bisa mengumpat
Beruntung, aku memiliki otak yang bisa menimbang
Kau pantas kusebut apa?
Batu atau lampu?
Sebagai batu kau tak punya hati dan pikiran
Sebagai lampu kau hanya memberi terang dirimu sendiri
Sementara aku melebur dalam gelap yang palingÂ
Selamat menika(m)
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!