Perihal bunga terdahulu,
Dihinggapinya para kumbang dan kupu-kupu.
Berkembang, mekar, berguguran pun layu,
Tiada yang mau tahu.Â
Kendati harumnya melambung merebah di atas cakrawala,
Merayu segenap insan yang kian berkabung asmara.
Berputik, merona, berduri pun tidak,
Siapa yang mau tahu?
Tentara belalang tetap saja menghisapnya,
Membelainya serakah pada hitungan detik nafasnya.
Menggebu,
Bahkan tak peduli bunga itu milik siapa.
Barangkali itu dulu,
sebelum kini bermetamorfosis menjadi mutiara.
"Amboi... anggun nian mutiaraku"
Siapa pun pasti ingin memilikinya.
Menaruh dan merawatnya,
Penuh hati-hati dan tidak dengan cara sederhana.
Andai saja tentara belalang itu mampu berbicara,
Barangkali bunga-bunga di pasar ludes terjual,
Hahahahahaha...
***
Cirebon, 07 Juli 2019
Fingga Almatin