Mohon tunggu...
fina siti fauziyah
fina siti fauziyah Mohon Tunggu... Freelancer - warisan diri, rekam jejak insan yang pernah singgah di bumi. semoga bermanfaat

kenang aku dalam jiwa, mari berdo'a senandung kebaikan, menjadi insan yang bermanfaat bagi sesama

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Masih Sama

25 April 2018   15:30 Diperbarui: 25 April 2018   15:33 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Masih Sama", jawaban yang sangat mencengangkan bagiku. Masih dengan keluguanku, kala sore itu aku menghubunginya lagi.Dengan berbagai pertimbangan yang aku pikirkan sebelumnya, aku putuskan untuk mengirim pesan itu padanya. "masih sama apa udah beda?", isi pesanku padanya. pertanyaan  konyol dan ambigu yang pertama kali kubuat pada sosok pria itu. 

Aku yang terkontaminasi berbagai buku bacaan yang membuatku memutuskan untuk mengirim pesan itu padanya. pada dia yang pernah mengisi hari -- hariku di Malang, namun kini telah berpindah tempat ke Surabaya sejak hampir satu tahun lalu. Dengan harap --harap cemas, aku menunggu balasan pesannya. Dengan berbagai ekspetasi tentang jawabannya, aku pun sudah mempersiapkan hipotesis jawaban pesannya.Sejujurnya aku hanya ingin menguji teori pikiranku saja, akan kah apa yang aku pikirkan sama atau tidak dengannya. 

Karena dalam teori pikiran yang aku tahu, semesta adalah satuan terhubung,tentang hal apa yang kita pikirkan akan saling tarik- menarik , hingga akupun berpikir jika aku memikirkannya, ia pun akan sama denganku. Namun, akupun menyadari bahwasannya hati dapat dibolak -- balik mana kala Sang Pencipta menghendaki, Yaa muqollibal quluub tsabbit qolbii alladzii nikulliik..  jika ia malah bertanya balik tentang pertanyaanku kemungkinannya ia bisa berpura-pura tidak merasa atau terakhir dia memang sudah tidak memikirkanku lagi. Karena itu, aku akan memilih untuk tidak membahasnya lagi, jika itu yang ia jawab. Dan nyatanya, setelah beberapa saat aku menunggu, jawaban pesan itu ia jawab dengan kalimat " Masih Sama ", betapa kagetnya aku dengan jawaban itu, akan kah ia benar-benar mempertahankan asa itu? Anggap saja sepert itu. Kali ini teori pikiran itu benar. Hanya saja entah sampai kapan kita saling mempertahankannya.

Aku masih bertahan dengan asa yang sama, jika kamupun demikian.Aku sudah berhenti membunuh asa itu, lantas aku membiarkannya untuk terus tumbuh.Namun, jika kamu mencabutnya, maka akupun akan ikut berhenti.Aku akan berusaha menjaga kemurnian asa itu dengan caraku, dan akupun menghargai caramu dalam menjaga kemurnian asa itu dengan caramu.Biarkan sang pencipta asa saja yang menuntun alurnya, menuju keindahan.Hubungan yang cukup rumit dalam sebuah pertemanan, karena hanya hati yang merasa. Tanpa komunikasi yang intens, juga dengan rentan jarak yang memisahkan, namun masih dengan rasa yang sama.Bersambung..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun