Tim Instrumentation and Energy Research Community (IMERCY) Universitas Airlangga, melakukan riset berupa alat monitoring tanah lahan tani di Desa Plaosan, Sidoarjo. Melalui kegiatan sosialisasi pada Sabtu, (29/06) Tim IMERCY mengenalkan alat smart farming berbasis Internet of Things (IoT) dan Machine Learning (ML). Alat monitor tanah lahan tani ini bernama Soil Quality Monitoring Versi 2 (SQyM V2). SQyM V2 berfungsi agar dapat memberikan rekomendasi tindakan pada para petani.Â
Kegiatan tersebut dilakukan secara luring dalam rangka melaksanakan program Call For Research (CFR) 2025 yang diselenggarakan oleh SDG's UNAIR. Para petani dan pemerintah tingkat desa menyambut baik instalasi SQyM V2. Hal ini juga disampaikan oleh perangkat desa dalam sambutannya saat sosialisasi hasil riset, "Harapannya para petani di Desa Plaosan lebih optimal dalam mengolah lahan taninya. Selain itu, kami berharap dengan adanya alat ini dapat meningkatkan hasil produktivitas hasil tani." ujarnya. Sementara itu, Ibnu Andhika sebagai salah satu perwakilan Tim IMERCY mengatakan jika petani bisa memahami dalam mengklasifikasikan kualitas tanah melalui tampilan data. "SQyM V2 mengukur tujuh parameter, yakni tanah dengan kandungan nitrogen, fosfor, kalium, kelembaban, pH, TDS, dan salinitas. Petani bisa memahami dalam mengklasifikasikan kualitas tanah melalui tampilan data akhir pada display alat dan smartphone." ungkapnya.Â
Selama riset perncangan SQym V2, Tim IMERCY melakukan pengujian di Laboratorium Sumberdaya Lahan Agroteknologi UPN Veteran Jawa Timur sebagai proses kalibrasi sensor. Dalam proses ini, sampel tanah dikategorikan ke dalam tiga kategori: rendah, sedang, dan tinggi pada setiap kandungan yang menjadi parameter pengukuran. "SQyM V2 menggunakan panel surya sebagai sumber daya dan ESP32 sebagai mikrokontroler. Untuk membaca data, SQyM V2 bekerja dengan sensor. Untuk memastikan kualitas dan kesiapannya, sistem memproses data terlebih dahulu dengan bantuan cloud server. Kemudian, data yang sudah siap dimasukkan ke dalam tiga model Machine Learning, yaitu Decision Tree (DT), Random Forest (RF), dan Artificial Neural Network (ANN). Nah, dari 3 model machine learning itu ternyata model Artificial Neural Network (ANN) yang paling bagus. Karena tingkat akurasinya hampir 100% dibandingkan dengan model lainnya." ungkap Sofiah Amanda. Ia juga menambahkan, SQyM V2 membantu sektor pertanian memenuhi tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs), khususnya poin 2 (Tanpa Kelaparan), poin 9 (Industri, Inovasi, dan Infrastruktur), poin 15 (Ekosistem Daratan), dan poin 17 (Kolaborasi untuk Tujuan). SQyM V2 membantu mencapai hasil pertanian yang berkelanjutan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI