Mohon tunggu...
Dzulfikar
Dzulfikar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Creator

Blogger dan Content Creator. Member Kompasiana sejak Juni 2010. Aktif menulis di blog bangdzul.com dan vlog https://www.youtube.com/@bangdzul/

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Dulu Tidak Naik Kelas Itu Biasa Kok!

20 Juni 2012   10:29 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:44 593
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernah sekali waktu, saya berkesempatan bercakap-cakap dengan Ibunda tentang adik saya. Adik saya terancam tidak lulus karena performance akademiknya menurun. Menurut Ibunda, adik saya memang terlihat kurang antusias ketika menghadapi Ujian Nasional. Dia bahkan masih sempat nonton televisi saat sedang Ujian Nasional.

Berbeda sekali dengan kakaknya yang satu lagi, tahun sebelumnya. Rajin belajar bahkan ibadahnya pun meningkat. Mulai dari shaum setiap hari Senin Kamis hingga selalu sholat dhuha. Bahkan beberapa kali Ibunda melihat kakaknya yang satu lagi sholat malam.

Bukan Ibunda tidak memperhatikan. Bahkan Ibunda selalu mengingatkan agar adik saya belajar lebih rajin dan fokus hanya Ujian Nasional saja. Tapi semua itu hanya dianggapnya angin lalu.

Kabar bahwa adik saya terancam tidak lulus direspon dengan santai oleh Ibunda. Bunda merasa tidak naik kelas adalah hal biasa. "Jika anak tinggal kelas, artinya dia akan lebih matang lagi baik secara mental maupun secara akademis." "Dia akan belajar bagaimana menghadapi sesuatu hal dengan lebih sungguh-sungguh lagi, karena tidak naik kelas adalah salah satu proses dalam pendidikan."

Kata-kata Ibunda itu masih lekat dalam ingatan. Melihat kenyataanya sekarang banyak sekali orang tua yang tidak siap jika anaknya tidak lulus. Orang tua merasa malu jika anaknya tidak lulus. Orang tua merasa tidak berhasil mendidik anak jika anaknya tinggal kelas.

Memang tidak ada orang yang ingin menanggung malu. Tapi tidak naik kelas bukan sesuatu hal yang tabu pada zaman dahulu.

Saya masih ingat ada beberapa kawan saya ketika SD yang tidak naik kelas. Dan itu sudah menjadi hal yang lumrah. Hasilnya mereka menjadi bintang kelas. Mereka lebih dewasa dalam bertindak dan lebih matang dalam berpikir. Ketika dalam kondisi demikian, tentu saja tidak akan ada yang keberatan untuk meluluskan mereka.

Sayangnya, pandangan negatif tentang anak yang tinggal kelas lebih besar. Ada pola pikir yang berubah. Tidak naik kelas dianggap kegagalan. Padahal banyak faktor yang menyebabkan ia tidak naik kelas.

Sekarang sekolah rasanya lebih baik mengkatrol nilai ketimbang harus menanggung malu jika ada siswanya yang tinggal kelas. Berat rasanya jika ada anak yang seharusnya memang tidak naik kelas. Tapi, demi menjaga nama baik sekolah akhirnya tidak ada siswa yang tinggal kelas.

Guru juga menjadi dilematis. Dinaikkan menjadi beban, tidak dinaikkan malah bertambah bebannya. Reputasi guru akan tercoreng, nama sekolah akan turun, dan orang tua akan merasa malu karena gagal dalam mendidik anak. Jika demikian sebaiknya semua diterima dengan lapang dada dan introspeksi diri.

Proses belajar tidak melulu harus lulus, tidak selalu harus naik kelas. Jika siswa tidak pernah merasakan gagal maka dia tidak akan siap ketika dalam kehidupan nyata. Tidak diterima di PTN, tidak diterima PNS, tidak diterima calon suami/istri. Kegagalan-kegagalan inilah yang seharusnya dianggap sebuah proses. Bukan dianggap sebagai sesuatu hal yang memalukan. Namanya belajar. Tidak mungkin ada yang langsung bisa bersepeda tanpa jatuh, tidak mungkin ada yang langsung bisa berenang tanpa sedikit tenggelam, tidak mungkin bisa terbang tanpa ada yang pernah jatuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun