Kubu Jokowi sebetulnya sudah sangat efektif dengan menangkal isu anti Islam dengan cara menggandeng Kyai Haji Ma'ruf Amin.
Sementara kubu Prabowo masih kesulitan untuk menunjukkan bahwa Prabowo memang bisa salat dan bisa ngaji.
Maka sindiran-sindiran melalui tanda pagar dalam Twitter tersebut setidaknya memang cukup efektif untuk menggerus suara yang selama ini mengesankan bahwa Prabowo sangat dekat dengan ulama dan Islam.
Kubu Prabowo Menangkal dengan Cara yang Salah
Cara kubu Prabowo dalam menangkal isu yang mengemuka di tengah masyarakat pun tidak efektif, malah cenderung melakukan blunder kembali.
Misalnya ketika Prabowo diagendakan untuk mengikuti jumatan di masjid Agung Semarang. Justru malah tersebar beberapa pamflet ajakan untuk Jumatan bersama Prabowo.Â
Hasilnya sudah bisa ditebak karena usaha untuk mempolitisasi Jumatan ala Prabowo malah ditolak oleh pengurus Masjid.
Beredarnya pamflet ajakan untuk Jumatan bersama Prabowo di Masjid Agung Semarang menunjukkan bahwa kubu Prabowo cukup kesulitan untuk menangkis isu tersebut.
Berbeda dengan kubu Jokowi. Jokowi selama ini diserang black campaign atau kampanye hitam yang memberitakan bahwa Jokowi anti Islam. Faktanya tidak demikian.
Bukti bahwa ada yang menyerang Jokowi dengan kampanye hitam adalah emak-emak PEPES (Partai Emak-Emak Pendukung Prabowo Sandi) di Karawang. Â
Sedangkan serangan terhadap kubu Prabowo adalah kampanye negatif, karena selama ini umat memang ragu dengan ke-Islaman Prabowo. Wajar saja jika ada undangan baca Al-Quran dari Dai Aceh.
Buruk Muka, Cermin Dibelah
Kini kubu Prabowo mau tak mau memang harus bekerja ekstra keras meyakinkan rakyat dan pemilihnya bahwa Prabowo memang benar-benar pilihan Ijtima ulama.