Mohon tunggu...
Fiahsani Taqwim
Fiahsani Taqwim Mohon Tunggu... Penulis - :)

Penganut Absurditas

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pergi Membeli Soto

3 April 2021   08:42 Diperbarui: 3 April 2021   08:47 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Loh, Tari kan harus membantu Ayah. Apa Tari tega melihat Ayah kerepotan setiap pagi menyiapkan keperluan sekolah adik-adik. Kan kasihan Ayah kalau masih harus ribet membuat sarapan. Tari sudah besar, harus bersedia menolong meringankan beban Ayah." Mama menjelaskan padaku dengan lembut.

Aku begitu patuh pada orang tuaku sehingga aku tidak akan bisa menolak perintah mereka apapun alasannya dan bagaimanapun caranya. Akan tetapi, akhir-akhir ini aku mulai muak dengan perjalananku menuju warung soto Cak Dudi. Rasanya, setiap akan pergi ke sana aku merasa jantungku berdebar dan tubuhku lemas. Sebetulnya, setelah kupikir-pikir, para kuntilanak atau pocong yang ada di kuburan itu mungkin tidak akan menemuiku. Mereka terlalu iba untuk mendatangi serta menakut-nakuti gadis sekecil diriku.

Lalu mengapa aku begitu ketakutan? Apa yang membuatku begitu cemas. Ya Allah tolong lindungi gadis yang sedang muram hatinya ini.

***

Beberapa hari yang lalu saat aku pulang bersama serantang soto untuk ayah dan adik-adikku, ada seorang pria berambut ikal membuntutiku dari belakang. Aku ingat betul itu adalah pria yang pernah menggandeng tanganku saat aku hendak menyebrang jalan menuju pasar di masa silam entah kapan tepatnya aku lupa. Tidak hanya membuntutiku, pria itu tiba-tiba saja memegang pundakku, lalu ia meraba sesuatu yang ada di dadaku. Aku bingung harus berbuat apa pada detik itu. Tepat ketika kami berada di pintu gerbang kuburan, ia mulai menyentuh apa yang ada di antara pahaku. Aku tetap berjalan. Sambil gemetar menahan tangis, aku benar-benar tidak tahu harus melakukan apa. Aku hanya bisa merasakan ketakutan. Aku tidak bisa mempercepat langkah, berlari, apalagi berteriak. Hingga sampai di jembatan sungai besar tempat di mana aku berjalan dengan Bude Nur, pria itu akhirnya berjalan menjauhiku.

Berikutnya, sejak kejadian itu, aku benar-benar kuatir akan keselamatanku saat aku pergi membeli soto sendirian. Aku paham jika aku sedang di posisi yang sangat tidak aman. Akan tetapi bagaimana caraku mengatakannya pada ayah dan mama. Apakah mereka akan dapat mengerti maksudku. Ah, entahlah, aku bingung bukan main. Aku hanya ingin menangis.

"Tari, ayo Nak, lekas pergi ke Pasar." Perintah ayah.

Sungguh aku benci harus pergi membeli soto. Aku sengaja memperlampat shalat subuhku dan memperlama doaku demi mengulur waktu hingga akhirnya kudengar ayah berteriak mengingatkan.

"Yah, Tari tidak ingin pergi ke pasar hari ini."

"Lah, kenapa Nak, kamu sakit ? "

"Tari sehat kok Yah. "

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun