Setelah perjalanan singkat ke ruang server itu, suasana antara Ria dan Ethan terasa sedikit berbeda. Bukan berarti mereka jadi dekat, tapi ada getaran aneh yang nggak bisa dijelaskan.
Ethan yang biasanya datar dan dingin, kali ini sedikit lebih ramah. Saat mereka kembali ke ruang kerja, Ethan menoleh dan bilang, "Besok gue bawa gambar terbaru, lu coba kasih masukan ya."
Ria terkejut tapi langsung mengangguk. "Siap, Pak."
Hari-hari selanjutnya, mereka mulai sering bertukar pesan soal pekerjaan. Obrolan yang awalnya cuma soal desain, lambat laun mulai berisi candaan kecil. Ria selalu menunggu notifikasi dari Ethan dengan perasaan campur aduk.
Sahabatnya, Nami dan Natalie, mulai curiga. "Eh, lo sama bos kok jadi sering chat, sih? Ada apa, Ri?" tanya Natalie suatu hari di kantin.
Ria cuma tertawa malu. "Ah, nggak kok. Itu kan kerjaan."
Tapi dalam hati, Ria tahu itu lebih dari sekadar kerjaan.
Suatu malam, saat lembur mengerjakan presentasi, Ria tanpa sengaja membuka pesan dari Ethan yang berbunyi, "Lu udah makan malam? Jangan lupa jaga kesehatan."
Ria tersenyum sendiri. Pesan itu sederhana, tapi buatnya sangat berarti.
Namun, dia juga sadar, rasa yang tumbuh ini belum tentu berbalas. Ethan tetaplah sosok misterius yang tak mudah didekati.Â
Setelah hari itu---perjalanan ke ruang server yang hanya 7 menit, tapi rasanya kayak satu episode hidup baru---Ria mulai memperhatikan hal-hal kecil.
Seperti caranya Ethan kadang mengetuk-ngetukkan pulpen ke meja saat berpikir, atau cara dia selalu duduk tegak tapi santai. Tenang. Dingin. Tapi hangat... entah kenapa.
Dan sejak Ethan bilang mau nunjukin gambar ke Ria, hati Ria jadi nggak karuan tiap masuk kantor. Seperti ada sesuatu yang ditunggu.
Lalu hari itu datang. Hari Jumat, hampir jam 4 sore, Ethan berdiri di samping meja Ria.
"Lu ada waktu bentar?" tanyanya pelan, dengan tablet di tangan.
"Eh iya, Pak. Ada. Kenapa?"
"Boleh minta pendapat?"
Ria mengangguk dan berdiri, ikut duduk di meja kecil di ruang meeting sebelah. Ethan menunjukkan beberapa sketsa---tentang pegunungan, pohon-pohon, dan... satu gambar yang bikin Ria diam. Seorang perempuan berdiri membelakangi kamera, rambutnya panjang dan bergelombang.
"Hmm... ini siapa?" tanya Ria, mencoba terdengar santai.
"Cuma karakter aja," jawab Ethan cepat, tapi matanya nggak melihat layar. Dia menatap Ria sesaat, lalu kembali fokus.
Bohong, pikir Ria. Itu pasti gue. Gaya rambutnya... bajunya...
Tapi dia nggak bilang apa-apa. Nggak mau GR. Nggak mau ngarep.
Mereka menghabiskan hampir 30 menit duduk berdua, ngomongin warna, pencahayaan, tekstur---tapi entah kenapa, itu jadi momen paling nyaman yang pernah Ria rasakan sejak bekerja.
Bukan karena topiknya, tapi karena Ethan. Karena diamnya. Karena caranya mendengarkan. Karena tatapan matanya yang, meskipun datar, tidak pernah benar-benar kosong.
Saat hendak kembali ke mejanya, Ethan berkata pelan, "Thanks ya. Insight-nya bagus. Lu kayak ngerti gue gambar apa."
Ria tersenyum. "Kayaknya gue udah lihat pola lu, deh. Lu lebih banyak gambar yang... tenang, tapi kayak nyimpan sesuatu."
Ethan tidak menjawab, hanya mengangguk pelan. Tapi Ria bisa lihat ada sesuatu di matanya. Sesuatu yang belum sempat diucapkan.
Malam itu, Ria pulang dengan hati yang nggak bisa dia jelaskan.
Nami ngetik di grup:
Nami: "Oi, Ria. Lo kenapa diem-diem bae belakangan?"
Natalie: "Betul tuh. Lu suka sama siapa yaaa? Spill!"
Ria senyum tipis, tapi nggak bales. Karena gimana cara ngejelasin perasaan terhadap seseorang yang bahkan nggak jelas dia inget masa SMA kalian atau enggak?
Lalu ada notifikasi masuk.
Dari Ethan.
Ethan: "Gue suka insight lu soal gambar tadi. Lain kali bantuin review lagi ya?"
Ria: "Siap, Pak. Kapanpun."
Ethan: "Dan... makasih. Udah bikin gambar-gambar itu lebih hidup."
Ria menatap layar cukup lama sebelum membalas:
"Sama-sama. Gambar itu udah hidup bahkan sebelum gue lihat, Ethan."
Pesan terkirim.
Tapi tidak dibalas.
Ria menutup ponselnya. Dan malam itu, dia tidur dengan hati yang aneh---senang, tapi juga takut. Nyaman, tapi juga ragu. Karena nyaman bisa tumbuh tanpa jaminan. Dan rasa... kadang tumbuh di tempat yang tidak semestinya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI