AS, most likely akan membalas dengan serangan berikutnya, artinya kawasan timur tengah situasinya bakal mendidih, dan mendorong kondisi geopolitik global semakin rentan dan penuh ketidakpastian.
Tentu saja masuknya AS ke dalam peperangan antara Iran-Israel tersebut disyukuri benar oleh Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu, yang sejak awal berharap AS menghabisi salah satu musuh bebuyutannya tersebut.
Dalam pernyataannya, seperti dilansir AlJazeera, Netanyahu berterima kasih atas serangan terhadap tiga situs pengayaan nuklir Iran tersebut, seraya mengucapkan selamat atas keberhasilannya.
Mendidihnya Kawasan: Dari Perang Bayangan ke Konfrontasi Langsung
Konflik Iran dan Israel bukanlah hal baru. Ini adalah permusuhan yang telah lama berakar, berevolusi dari hubungan "mesra" sebelum Revolusi Islam 1979 menjadi "proxy war" yang tiada henti.Â
Israel selalu menganggap program nuklir Iran sebagai ancaman eksistensial, sementara Iran mendukung penuh "Poros Perlawanan" seperti Hizbullah dan Hamas, yang bertekad melawan Israel.
Selama ini, konfrontasi didominasi oleh operasi rahasia, serangan siber, dan perang proksi di Lebanon, Suriah, Yaman, dan Gaza.Â
Namun, serangan Israel pada 13 Juni 2025 yang menargetkan fasilitas nuklir dan militer Iran secara masif, diikuti oleh pembalasan rudal dan drone Iran ke Israel, telah mengubah dinamika.Â
Seperti yang diungkapkan para pengamat, ini adalah transisi dari "proxy war" ke konfrontasi militer terbuka. Keterlibatan langsung AS kini membawa konflik ini ke level yang sama sekali berbeda, dengan taruhan yang jauh lebih tinggi.
Respons Iran: Antara Pembalasan Penuh dan Eskalasi Terukur
Mengenai respons Iran, Aaron David Miller, seorang pakar keamanan dari Carnegie Endowment for International Peace, memprediksi bahwa Iran pasti akan melakukan pembalasan dengan segala cara.Â
Miller juga menekankan bahwa Iran akan mempertimbangkan risiko eskalasi lebih lanjut yang dapat menyebabkan perang habis-habisan. Ini berarti Iran kemungkinan akan mencari respons yang kuat namun terukur, yang menunjukkan kemampuan untuk membalas tanpa memprovokasi serangan balik yang jauh lebih besar dari AS dan Israel.Â