Kelemahan elektabilitas Anies Baswedan yang selama ini terdeteksi berada di kalangan NU yang kuat di wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah, akan dikuatkan oleh keberadaan Cak Imin dan PKB.
Pertanyaannya, apa memang benar kekuatan Cak Imin dan PKB di kalangan NU di Jawa Timur dan Jawa Tengah tadi begitu besarnya?
Ya tidak juga, untuk Pilpres, Cak Imin seperti yang tercermin dari berbagai survey  menunjukan kalangan NU dan bahkan pemilih PKB di kedua provinsi itu lebih banyak memilih Ganjar.
Besarnya suara PKB di kedua provinsi tersebut, tak linier dengan suara dukungan mereka terhadap Muhaimin Iskandar.
Apalagi Cak Imin ini diketahui oleh semua pihak di NU, bahwa ia pernah mengkhianati Pak De-nya Gus Dur dengan merebut PKB melalui kudeta peradilan.
Ditambah lagi, kepengurusan NU di bawah Yahya Staquf saat ini menarik garis cukup tegas dengan PKB dan Cak Imin, NU tidak sama dengan PKB, dan PKB lain dengan NU.
Hal ini terkonfirmasi dari berbagai hasil survey setahun terakhir, Cak Imin selalu berada di layer bawah, didongkrak dengan berbagai usaha apapun, sekedar naik ke papan tengah saja tak mampu.
Atas dasar itu, manuver Anies dan Surya Paloh bersama Nasdem dan PKB Ini, sepertinya tak akan mampu menyajikan hasil menggembirakan dengan naiknya keterpilhan A-Min di Pilpres kelak.
Mungkin saja, akan naik tapi angkanya tak akan signifikan sehingga mampu membawa pasangan capres ini memenangkan pertarungan Pilpres 2024, bahkan untuk lolos ke putaran kedua saja akan sangat sulit.
Namun di sisi lain, situasi ini bisa menjadi sejarah tersendiri bagi PKB dan Muhaimin Isakndar secara pribadi.
Portofolio CV-nya sekarang bertambah, bahwa PKB pernah mengusung kadernya sendiri sebagai Cawapres dan bagi Cak Imin,paling tidak sudsh pernah lah menjadi cawapres.