Melansir artikel yang ditulis oleh Karen Carney mantan pesepakbola asal klub Chelsea woman asal Inggris yang dirilis The Guardian.
Menurutnya, di era sepakbola modern permainan sepakbola dimainkan dengan sistem  yang lebih kompleks dan pemain tak difungsikan berdasarkan sistem yang kaku.
Sebaliknya pemain memiliki peran individu yang di plot secara seksama dalam cetak biru sebuah permainan.
Semua sistem permainan dan formasi bersifat hibryd, menentukan formasi tertentu secara tradisional dan kaku terlalu menyederhanakan pola permainan sepakbola modern yang pada dasarnya sangat dinamis.
Menurut mantan pemain timnas wanita Inggris tersebut, susunan pemain sebuah tim saat kick off tak merefleksikan apa yang akan terjadi dalam 90 menit selanjutnya.
Para pelatih sepakbola level atas saat ini menerapkan taktik yang berbeda dalam setiap fase permainan.
Para pemain tahu persis apa yang harus mereka lakukan dan dimana mereka harus berada saat kehilangan bola dan menguasai bola yang ujungnya memberikan bola itu pada pemain yang dalam prespektif mereka memiliki peluang paling efektif di lini serang.
Jika memerhatikan dengan seksama pola permainan sepakbola saat ini, kita bisa menyaksikan dalam sebuah pertandingan, 10 pemain bola itu terus bergerak dan berotasi tak terikat dalam satu  posisi yang sama, tergantung kondisi di lapangan.
Bahkan dalam beberapa kasus, pelatih kerap menempatkan pemain tidak dalam posisi yang biasa ditempatinya, untuk mengakali situasi tim dan pola permainan lawan dalam sebuah kompetisi yang panjang.
Para pemain dituntut untuk bisa bermain dalam berbagai macam posisi dan diharapkan mampu membiasakan diri dalam sebuah sistem yang cair.
Manchester City di bawah Pep Guardiola, bisa dianggap sebagai sebuah contoh bagaimana sebuah sistem permainan sepakbola modern dijalankan.