Graham Chapman ahli teori sepakbola asal Inggris yang saat itu menjadi manajer klub sepakbola asal London Arsenal, kemudian mengevolusi formasi 2-3-5 yang sudah mapan menjadi formasi yang dikenal dengan W M, 3-2-2-3.
Formasi dalam sepakbola kemudian mulai menitik beratkan pada keseimbangan tim meski masih sangat menyerang dengan 3-2-5.
Selanjutnya pada tahun 1958 sepakbola Brasil melahirkan formasi 4-2-4 yang terus digunakannya hingga tahun 1970.
Diantara masa itu, lahir pula formasi 4-3-3 yang pertama kali diperkenalkan timnas Inggris pada perhelatan Piala Dunia 1966 yang dimenangkannya.
Selain itu ada pula formasi 5-4-1, super bertahan atau sistem permainan grendel yang dikenal dengan catenaccio yang pertama kali diperkenalkan oleh Pelatih Inter Milan Italia, Helenio Harerra.
Dalam kurun waktu tak terlalu jauh, pelatih asal Uni Soviet Viktor Maslov, memodifikasi formasi 4-3-3 menjadi 4-4-2.
Sistem bermain ini menitikberatkan pada faktor strategi kolektif, dengan memaksimalkan luas lapangan.
Lantas modifikasi formasi terus dilakukan oleh para pelatih, 4-4-2 diubah menjadi 4-2-3-1, yang banyak digunakan tim-tim asal Spanyol.
Jerman sebagai salah satu kekuatan sepakbola dunia, tak ketinggalan menciptakan formasi 3-5-2, yang berhasil mengantar mereka beberapa kali menjuarai Piala Dunia dan Piala Eropa.
Pertanyaannya kemudian, Apakah formasi-formasi dalam permainan sepakbola tersebut masih relevan untuk diterapkan secara kaku dan diperdebatkan mengingat pola permaian sepakbola modern terus berevolusi menjadi lebih cair dan dinamis.
Kunci permainan sepakbola masa kini sistemnya lebih cair dan hybrid atau campuran dari satu formasi dengan formasi lainnya.