"Tidak memasang reklame rokok atau zat adiktif baik di dalam ruangan (indoor) maupun di luar ruangan (outdoor), termasuk memajang kemasan/bungkus rokok atau zat adiktif di tempat penjualan,"dalam seruan tertanggal 9 Juni 2021 tersebut.
Lucunya sebulan setelah mengeluarkan seruan tersebut, Anies menulis surat kepada Michael Bloomberg seorang Philantropis Antirokok yang kerap memberikan dananya lewat Bloomberg initiave untuk kampanye anti rokok ke hampir seluruh belahan dunia terutama di negara-negara yang memiliki jumlah perokok terbanyak.
Surat Anies kepada Bloomberg yang telah dikonfirmasi kebenarannya oleh pihak Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tersebut beredar di dunia maya dan menjadi viral untuk kemudian menjadi polemik baru.
Dalam pembukaan surat itu seperti yang saya baca di laman berbagai media, Â Anies mengucapkan selamat atas pengangkatnya kembali Bloomberg sebagai Global Ambassador for Non Communicate Diseases and Injuries.
Ia, kemudian menginformasikan bahwa Indonesia memiliki jumlah perokok nomor 3 terbanyak di dunia.
Anies dalam suratnya, mengatakan rasa terimakasihnya pada Bloomberg Philantrophies berkatnya Jakarta telah bergabung dalam Kemitraan Kota Sehat dengan 54 kota lainnya di dunia pada tahun 2017 dan berkomitmen untuk menginisiasi program pencegahan penyakit tidak menular.
Lebih lanjut, Gubernur DKI itu seolah sedang melaporkan kepada Bloomberg Philantrophies tindakannya mengeluarkan Seruan Gubernur tadi.
Ia menuliskan, bahwa Jakarta 100 persen bebas dari papan reklame rokok diluar ruangan dan akan berlanjut menghapus iklan tembakau dalam ruangan mulai hari ini.
Anies pun mengungkapkan bahwa ia berkomitmen untuk kembali menjadikan Jakarta sebagai Mitra Kota Sehat untuk tahun 2022 dan ia menargetkan akan meningkatkan kepatuhan Kawasan Tanpa Rokok dari persentase saat ini sebesar 32 persen menjadi 90 persen.
Surat ini kemudian ditanggapi oleh sejumlah Netizen, salah satunya dari pemilik akun Twitter @rokok_IndonesiaÂ
"Inisiasi bertukar surat dengan komitmen melarang rokok di daerah kekuasaannya ini ya bisa jadi alat tukar politik. Ingat bentar lagi 2024, waktunya cari dana bos."