Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Daripada Beradu Lidah tentang Utang Negara, Lebih Baik Berinvestasi di ORI Seri 017

13 Juni 2020   12:07 Diperbarui: 13 Juni 2020   12:09 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Utang negara memang seksi menjadi bahan perdebatan, topik menarik yang seolah tak lekang oleh jaman. Siapa yang berkehendak ingin memperlihatkan kelemahan pengelolaan ekonomi suatu negara, masalah utang merupakan sesuatu yang gamblang untuk di sorot.

Tak heran jika dalam berbagai momen politik, untuk meraih dukungan, utang negara menjadi bahan yang empuk untuk dijual sebagai topik untuk menggambarkan kredibiltas yang buruk dalam pengelolaan ekonomi negara salah satu pihak, terutama pihak yang sedang memerintah.

Meskipun sejatinya utang itu bukan merupakan aib. Faktanya nyaris semua negara di dunia ini berutang, terlepas dari status negara kaya atau miskin, komunis atau liberal, negara besar maupun negara kecil.

Utang pemerintah itu merupakan bagian integral dari kebijakan ekonomi pemerintah, siapapun pemerintahnya. Terutama kebijakan fiskal.

Sekalipun negara tersebut memiliki surplus anggaran seperti Jerman misalnya yang anggaran negaranya tahun 2019  surplus hingga mencapai angka 13,5 miliar Euro.

Tetap saja mereka berutang, salah satu tujuannya untuk menebus utang lama yang bunganya lebih tinggi sehingga beban utang yang harus ditanggung menjadi berkurang atau biasa disebut reprofiling.

Jadi permasalahan utang negara itu tak melulu soal berutang atau tidak, jumlah utangnya kecil atau besar, melainkan bagaimana kita mengelola utang sebagai bagian dari pengelolaan perekonomian sebuah negara untuk mencapai tujuan makroekonomi jangka panjang yaitu pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Utang juga dapat dipandang sebagai salah satu instrumen untuk menjalankan kebijakan Counter Cyclical. 

Artinya, Jika perekonomian dalam kondisi lesu seperti saat ini yang terkena dampak penanganan pandemi Covid-19, pemerintah menerapkan berbagai kebijakan ekonomi yang ekspansif lewat stimulus fiskal dengan meningkatkan belanja negara dan atau menurunkan tarif pajak, bahkan memberi keringanan berupa penghapusan pajak.

Nah, berbagai kebijakan yang ekspansif itu, bisa menimbulkan defisit apalagi pada saat bersamaan penerimaan negara juga susut. 

Lantas defisit itu bagaimana cara membiayainya, ya dengan utang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun