Harga emas di pasaran per 10 Oktober 2025 kini nyaris menyentuh Rp3.000.000 per gram. Sedangkan dilansir dari Kontan, harga resmi emas Antam hari ini berada di kisaran Rp2.294.000 per gram, turun Rp9.000 dari hari sebelumnya.
Artinya, terdapat selisih yang cukup signifikan, lebih dari Rp600.000 per gram antara harga pasaran dengan harga resmi Antam. Tak heran, masyarakat dibuat resah oleh kenaikan logam mulia (LM) yang melesat begitu tinggi.
Fenomena ini memicu gelombang panic buying. Banyak orang tergesa membeli emas karena takut harga akan terus naik atau stok semakin langka. Padahal, langkah terburu-buru semacam ini justru bisa berisiko jika tanpa pertimbangan yang matang. Berikut beberapa hal yang perlu dicermati:
1. Saat Harga Naik, Logika Harus Tetap HidupÂ
Kenaikan harga emas selalu menarik perhatian, apalagi jika dibumbui isu kelangkaan. Namun, tidak selalu semua kenaikan mencerminkan kondisi riil permintaan. Ada kalanya harga terdorong oleh faktor psikologis pasar, ketidakpastian global, atau bahkan permainan pasokan.
Menariknya, harga emas dari merek lain seperti Lotus Archi dan UBS juga mengalami kenaikan, di atas harga resmi Antam namun masih di bawah harga jual bebas di pasaran.
Artinya, kenaikan memang wajar. Tapi ketika selisihnya terlalu jauh dari harga resmi Antam, kita perlu hati-hati dan tidak langsung ikut arus.
2. Emas Itu Penting, Tapi Bukan Jalan Pintas Untuk Kaya
Emas memang instrumen investasi yang solid. Ia tahan inflasi, mudah dicairkan, dan diakui di seluruh dunia. Namun, satu hal yang sering dilupakan: emas bukan alat untuk mencari keuntungan cepat.
Fungsi utama emas adalah menjaga nilai kekayaan dalam jangka panjang, bukan sarana spekulasi dalam hitungan minggu atau bulan. Bagi yang berharap untung besar dalam waktu singkat, risikonya justru jauh lebih tinggi.
3. Kenaikan Tajam Biasanya Diikuti Koreksi Harga
Dalam dunia komoditas, tidak ada kenaikan yang abadi. Setiap lonjakan tajam biasanya diikuti koreksi harga, penurunan sementara yang menyeimbangkan harga di pasar.
Koreksi ini bisa dipicu oleh penguatan dolar AS, kebijakan suku bunga global, atau aksi ambil untung (profit taking) oleh investor besar. Karena itu, membeli emas di saat harga sedang di puncak justru penuh risiko.
Alih-alih tergesa membeli, jauh lebih bijak menunggu harga terkoreksi dan stabil. Kesabaran sering kali justru menjadi keuntungan tersendiri.
4. Tetapkan Batas Aman dan Gunakan Uang Dingin
Menurut penulis pribadi, harga aman yang masih layak dibeli adalah ketika selisihnya tidak lebih dari Rp300.000 per gram dari harga resmi Antam. Jika lebih dari itu, sebaiknya pikirkan ulang dan amati dulu pergerakan pasar.
Dan yang paling penting, pastikan menggunakan uang dingin. Yaitu dana yang tidak akan dipakai untuk kebutuhan mendesak atau dalam waktu dekat. Jangan sampai karena takut kehilangan momentum, seluruh rekening atau tabungan justru dikosongkan demi membeli emas.
Sebab, ketika ada kebutuhan penting seperti biaya kesehatan, sekolah anak, atau perbaikan rumah, maka kita akan terpaksa menjual emas tersebut. Dimana dalam jangka pendek, harga buy-back relatif lebih rendah daripada harga saat kita beli. Yang terjadi bukannya untung, tapi malah rugi.Â
Investasi emas memang perlu. Tapi membeli karena FOMO dan tanpa ilmu, justru bisa menimbulkan kerugian .
5. Belajar Menabung Dulu, Bukan Sekedar Ikut-ikutan
Jika niat berinvestasi sudah ada tapi harga di pasar masih tinggi, menabung dulu bisa menjadi langkah paling bijak. Misalnya, jika harga emas naik Rp100.000 pekan ini, maka sisihkan jumlah yang sama di rekening tabungan khusus. Begitu harga terkoreksi atau mulai stabil, dana pun sudah siap dan keputusan membeli bisa diambil dengan tenang.
Langkah ini tidak hanya aman, tapi juga melatih disiplin dan kesabaran finansial. Dan yang tidak kalah penting, kita tidak ikut memperkuat gelombang panic buying yang justru bisa memperparah kenaikan harga di pasaran.
Jadi, apakah kita masih perlu panic buying emas?
Melihat selisih harga emas di pasaran dengan Antam yang semakin jauh akhir-akhir ini, menurut saya, tidak perlu. Kenaikan harga emas memang menggoda, tapi bijaklah dalam menyikapinya. Simpan dulu kelebihan rezeki di rekening, pastikan dana darurat tetap aman, gunakan uang dingin, dan sementara waktu kita tunggu saat yang tepat ketika harga mulai stabil atau terjadi koreksi. Mudah-mudahan di akhir tahun ini atau awal tahun 2026 harga emas di pasaran kembali kondusif.
Dan yang harus diingat, mengelola finansial bukan tentang emas saja. Tapi lebih kepada bagaimana kita mampu untuk disiplin dan bijak dalam mengelola finansial sehari-hari.
Dan tentu saja, jangan lupa untuk selalu memohon petunjuk dan pertolongan Allah. Agar setiap langkah termasuk langkah finansial kita senantiasa dimudahkan dan diberkahi oleh-Nya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI