Sekali lagi, apa kamu pikir telah kamu tinggalkan pesan hidup di hati ini. Tidak, sekali lagi. Kamu tinggalkan kerusakan di bumi hati yang berulang-ulang membanjir air mataku.Â
Kekasih, aku menyayangimu. Dirimu, hidupmu. Aku sedih akan nasib yang pernah kamu lalui. Aku kecewa kamu yang tak membuka cerita nasibmu. Aku membenci caramu mengakhiri hidup. Namun, sebagai kekasih, aku tetap mendoakanmu.*
(Bener Meriah, Aceh, 22 November 2018)