Mohon tunggu...
Pekik Aulia Rochman
Pekik Aulia Rochman Mohon Tunggu... Petualang Kehidupan Dimensi Manusia yang diabadikan dalam https://theopenlearner333.blogspot.com/

I can't do anything, I don't know anything, and I am nobody. But, I am An Enthusiast in learning of anything.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Membangun Ketahanan Diri dari Dalam Ke Luar (1): Fondasi Kuat di Tengah Dunia yang Tak Pasti

10 Agustus 2025   16:23 Diperbarui: 10 Agustus 2025   17:51 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image by Brian Jones from Pixabay 

Komunitas yang kuat menjadi benteng pertama bangsa. Dalam perspektif Ketahanan Nasional, masyarakat yang mampu menjaga stabilitas sosial dan kohesi internal akan meringankan beban negara dalam menghadapi bencana alam, ancaman keamanan, maupun disrupsi ekonomi.

Analogi sederhananya: ketahanan nasional adalah rumah besar. Individu adalah pondasinya, keluarga adalah tiangnya, komunitas adalah dindingnya, dan negara adalah atapnya. Jika pondasinya rapuh, sekuat apa pun tiang dan atapnya, rumah itu tetap goyah.

Sebagai mahasiswa yang baru menyelesaikan sidang S2 di Universitas Indonesia, Prodi Ketahanan Nasional, saya merasakan langsung bahwa teori ini bukan sekadar wacana di ruang kuliah. Ia menjadi lensa baru yang membuat saya menyadari: ketangguhan sebuah bangsa dimulai dari ketangguhan warganya---dan semua itu bermula dari kemampuan kita membangun ketahanan diri.

Dimensi Tasawuf dalam Ketahanan Diri

Ketahanan diri sering dibahas dalam psikologi modern, namun nilai-nilainya sejatinya telah lama hidup dalam khazanah tasawuf. Dalam tradisi ini, kekuatan batin tidak hanya lahir dari latihan mental, tetapi juga dari penyucian hati dan penguatan hubungan dengan Allah. Setidaknya ada tiga jembatan yang menghubungkan pilar ketahanan diri dengan ajaran tasawuf.

1. Kesadaran Penuh (Mindfulness) ↔ Muraqabah
Dalam pilar ketahanan mental, kita mengenal mindfulness—fokus pada momen saat ini tanpa terjebak masa lalu atau cemas masa depan. Dalam tasawuf, ini sejajar dengan muraqabah, yaitu kesadaran penuh bahwa Allah senantiasa mengawasi. Seorang salik yang ber-muraqabah menjalani hari dengan hati yang waspada namun tenang, karena tahu segala sesuatu berada dalam genggaman-Nya.

2. Stabilitas Emosi ↔ Tazkiyatun Nafs
Pilar ketahanan emosional menekankan pengendalian emosi di tengah tekanan. Tasawuf mengajarkan tazkiyatun nafs, penyucian jiwa dari sifat-sifat destruktif seperti amarah, dengki, dan sombong. Pembersihan ini bagaikan memperkuat “imunitas batin”, membuat seseorang tidak mudah runtuh atau kehilangan kendali meski situasi sekitar kacau.

3. Tujuan Hidup ↔ Ma’rifatullah
Pilar ketahanan spiritual berbicara tentang purpose, arah hidup yang memberi makna. Dalam tasawuf, tujuan tertinggi ini adalah ma’rifatullah—mengenal Allah dengan hati yang sebenar-benarnya. Kesadaran ini mengubah cara memandang ujian hidup: bukan sekadar penderitaan, tetapi undangan untuk mendekat pada-Nya.

Dengan memadukan prinsip ketahanan diri dan nilai-nilai tasawuf, kita tidak hanya membangun daya tahan psikologis, tetapi juga membentuk kekuatan batin yang berakar pada kesadaran Ilahi. Inilah kombinasi yang membuat seseorang bukan hanya tangguh di hadapan badai, tetapi juga damai di dalamnya.

Akhir yang Jadi Awal

Ketahanan diri bukanlah kemampuan bawaan yang dimiliki segelintir orang terpilih, melainkan keterampilan yang dapat dipelajari, dilatih, dan diperkuat setiap hari. Di tengah dunia yang tak pasti, ia menjadi semacam "modal dasar" yang menentukan bagaimana kita menghadapi badai---bukan sekadar bertahan, tetapi juga tumbuh lebih kuat karenanya.

Wawasan ini semakin terasa ketika saya menempuh pendidikan magister di bidang Ketahanan Nasional di Universitas Indonesia. Proses akademik dan diskusi strategis di sana membuka mata saya bahwa ketahanan diri tidak hanya menyangkut cara kita menghadapi masalah pribadi, tetapi juga menjadi pondasi yang menopang kekuatan kolektif sebuah bangsa.

Artikel ini adalah pembuka dari seri "Membangun Ketahanan Diri dari Dalam ke Luar". Di bagian berikutnya, kita akan mengupas Pilar Pertama: Ketahanan Mental---bagaimana kesadaran penuh (mindfulness) dan pola pikir berkembang (growth mindset) bisa menjadi tameng pertama dalam menghadapi tekanan hidup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun