Pagi itu juga Sari menggugat Tuhan. Bukan dengan air mata, melainkan dengan kemarahan yang utuh. Sudah terlalu lama perempuan dituntut bisa segalanya: mandiri, lembut, kuat, sabar, cantik, hemat, dan penuh kasih--semuanya sekaligus. Namun, saat bicara kesetaraan, yang datang justru olok-olok.
"Sana angkat galon sendiri."
"Kerja bangunan aja kalau mau setara."
Padahal, luka perempuan tidak bisa diukur dengan logika sarkas. Belum lagi bicara tentang kekerasan, penindasan, dan pandangan remeh terhadap perempuan. Berapa banyak yang jadi korban? Tidak perlu dihitung karena mereka bukan angka. Mereka adalah bukti bahwa dunia ini tidak adil.
Katanya, laki-laki seharusnya menjaga perempuan. Namun, jika misal laki-laki tidak ada, perempuan harus dilindungi dari apa?
"Terus kamu maunya gimana?" tanya boneka Doraemon yang duduk manis di atas kasurnya. Sari cukup kaget boneka itu bisa bicara. Namun, apa gunanya mempertanyakan itu? Ada masalah lain yang lebih penting untuk diurus.
"Dunia tanpa laki-laki," ujar Sari serius. Kalimatnya lugas dengan titik di akhir, bahwa dia sudah muak. Perempuan selalu bisa melakukan segala hal. Tidak perlu ada laki-laki yang hanya mementingkan nafsu, ego, dan harga diri yang hanya akan membuat kekacauan.
"Tuhan pun tidak akan habis pikir dengan permintaanmu," kata Doraemon. Lalu dia menjentikkan jari dan tidak ada yang berubah. Sari menghela napas.
Dia haus lantas pergi ke dapur. Lalu dia menyadari satu hal, foto papa dan kakak laki-lakinya sudah tidak ada di ruang keluarga. Dia heran, tapi bunyi ketukan heels yang berhenti di depan pintu mengambil alih atensinya.
Sari buru-buru membuka pintu dan kaget menemukan wanita cantik dengan setelan modis itu adalah mamanya. Tidak ada rambut berantakan, daster biasa, dan wajah yang lelah. Mamanya terlihat dua kali lebih muda.
"Hei, kok bengong gitu sih? Mama masuk dulu." Wanita cantik itu melenggang pergi. Meski bingung, Sari tetap mengekor lalu bertanya mengapa foto papa dan kakak laki-lakinya tidak ada. Mamanya malah heran sendiri, merasa anaknya demam hingga menanyakan sesuatu yang aneh, yang tidak pernah ada.