Mohon tunggu...
Fatihatul Muthmainah
Fatihatul Muthmainah Mohon Tunggu... Guru - Ibu Pembelajar

Try to be a dream catcher ✨

Selanjutnya

Tutup

Diary

Hikmah Tantrum

28 Januari 2023   01:59 Diperbarui: 19 Juni 2023   14:53 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Assalamu'alaikum univers ><

Mengawali tahun 2023 dengan sajian "calon generasi sholihah" yang sedang belajar menghayati emosinya, egosentrisnya, dan self centered nya. Usia 20 bulan something, sholihahku sudah melewati berbagai suasana dalam perkembangannya. Tak luput tantrum, begitu orang dewasa menyebutnya. Baginya mungkin dia akan membahasakan dengan something how can i got my mother's attention. 

Oh kurasa aku bisa mendapatkan perhatian dari ibuku yang sedang sibuk dengan pekerjaannya, hhmm tapi bagaimana ya, aku kan belum bisa mengkomunikasikan dengan jelas apa mauku kepada ibuk. Ah ya, aku bisa menangis sekencang-kencangnya. Jika ibuku mengabaikanku, aku akan mencoba dengan berguling-guling dimana saja. Tapi bagaimana jika nanti aku masih diabaikan? Oh iya kan aku masih punya senjata, menangis dengan berteriak & aku akan sedikit membuat diriku sakit. Pokoknya bagaimana caranya ibuku hanya memperhatikan aku saja, tiada yang lain. Karena dia milikku, dia duniaku, aku bisa susah jika tidak hidup dengannya saat ini.

Xixixi kurang lebih begitu pergulatan dalam benak sholihahku. Ada dalam seminggu ini seharian menangis, berteriak, semua yang dilakukan ibu tidak tepat dan tidak sesuai kehendak. Kami masih menganalisis gerangan apa yang menjadikan sholihahku bersolek demikian. Berawal dari menjadi tidur sangat larut malam dan bangun sangat siang (sangat siang dalam mindset ibu pembelajar ini). 

Meski terkadang sudah tidur lepas isya, namun sholihahku sepertinya tergerak untuk bangun dan mengajak ayah ibu bermain. Mungkin malam adalah waktu yang tepat untuk bermain bersama dengan ayah ibu, lengkap. Bukan hanya dengan ibu saja atau ayah saja. 


Ada masa dimana ibu benar-benar kalut dan sangat merana dihadapkan dengan sholihahku yang sedang belajar menghayati emosinya ini. Menangis? sering, ikut marah? pasti. Dengan begitu ibu merasa kalah dengan bos kecil, ya ibu akui. Tapi secara dewasa, ibu mencari setidaknya jalan tengah untuk menjembatani sholihahku belajar. Setelah berkonsultasi dengan ahlinya (xixi ahli dalam dunia parenting). Ibu mendapatkan beberapa poin untuk bisa diaplikasikan saat anak tantrum:

  • Tetap tenang., adalah kunci. How to practice? Ambil nafas dalam, hembuskan perlahan, kemudian tepuk dada ibu dan ucapkan astaghfirullahal `adzim (bagi muslim) atau all is well (for your trust etc). Hal ini untuk menjaga lisan kita agar tidak berkata yang buruk atau mendoakan keburukan untuk anak kita sendiri. How ever he`s yours ^^.
  • Tetap berada di sekitar anak ketika tantrum, meski disambi dengan makan atau mengerjakan pekerjaan yang lain. Jika anak sudah selesai, berikan PELUKAN.
  • Please don't to busy with your phone or another gadget when he's tantrum.
  • Buat sebuah password, ajarkan pada anak untuk menyampaikan apa yang dikehendakinya. "Ibu, can you help me?". Sampaikan berulang, hingga dia terbiasa "Then, how can i help you sholihah?" menjadi rutinitas yang sangat asyik.
  • Jika anak bisa menjalankan apa yang kita ajarkan, berikan dia some rewards, sebagai apresiasi bahwa dia belajar mandiri. Bisa jadi tantrum yang dia ciptakan adalah kurangnya "penghargaan" yang didapatnya dari ayah atau ibu.
  • Lebih bijak hilangkan menyuarakan "kalo nangis ibu tinggal ya". It's hurt her heart, kelak dia akan meniru dan menjadikan hatinya keras. 
  • Ajarkan untuk membedakan menangis yang memang porsinya dan menangis yang tidak baik (minta dimanja misalnya). Misal, AA kalo menangis karena lapar, ibu akan membuatkan masakan yang enak untukmu. AA kalo menangis karena sakit, Ibu akan menolongmu. Tapi AA maaf, ibu tidak bisa memenuhi keinginan AA jika menangis agar dimanja, itu baik karena kamu adalah anak yang mandiri kelak.

Hah, rasanya lega bisa berbagi. Sekian, semoga kita bisa selalu dilembutkan hatinya untuk terus mendampingi "calon generasi sholih sholihah" even you a working mom or full time mom. 

See you univers, wassalamu'alaikum ><

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun