Mohon tunggu...
Fatmi Sunarya
Fatmi Sunarya Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pujangga

Penulis Sederhana - Best in Fiction Kompasiana Award 2022- Kompasianer Teraktif 2020/2021/2022 - ^Puisi adalah suara sekaligus kaki bagi hati^

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kenduri Rimba

10 November 2023   22:29 Diperbarui: 10 November 2023   22:43 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi https://www.piqsels.com/id/public-domain-photo-jxmzo

Tengah malam nanti Jana akan memotong tumpeng sendiri, kenduri rimba nan lengang. Tanpa gelak tawa, tanpa senyuman yang melumat sepi rimba.

Suara deru api unggun dalam kelam malam menghangatkan jiwa. Jana menghirup kopi pahit sambil berhitung. Ini sudah tahun ketiga tanpa kenduri rimba.

Jana mengingat pesan nenek, jika engkau merindukan seseorang maka seru namanya.

Oh rindau (Oh rindu)
Kimoklah buleang (Lihatlah bulan)
Pandanglah binteang (Pandanglah bintang)
Adea ngimok gadih murindau dalon sunyai (Ada melihat gadis merindu dalam sunyi)
Tibelah sayang, bie ratai ridek ribea (Tibalah sayang, biar hati tidak iba)

Mulut Jana komat kamit seolah membaca mantra. Jana terkantuk, mengatup mata, bibir dan kenangan sejenak. Api unggun masih menari dalam gelap, mengecil dan padam dini hari

Jana menguap, mendapati dirinya yang hangat oleh sehelai selimut. Setangkai mawar putih tergolek dalam genggaman tangannya yang pasi.


Jana terkesiap, semalam tak ada selimut yang membelit raganya pun tak ada setangkai mawar. Tak ada, tak ada siapa-siapa, pandangan Jana menyapu ke sekitarnya. Memang tak ada siapa-siapa. Apakah karena mantra dari nenek?

Hidup memang penuh misteri. Mawar putih bertanda apa? Kabar suka atau duka? Ketulusan cinta atau cinta terakhir? Entahlah, Jana tak bisa berandai-andai, bukan ahli nujum yang bisa meramal masa yang akan datang.

Jana menghampiri tumpeng mini yang masih utuh tergelar di tenda. Berucap doa akan usia, linimasa yang sampai hari ini sungguh menakjubkan. Memotong tumpeng, menikmati dengan rasa syukur.

Hari ini Jana ingin memangkas asa, melepas belenggu lega. Rindu biarlah menjadi gita pengantar menuju malam bermimpi. Selamat ulang tahun diriku dan dirimu. Semoga rindu tetap rimbun dalam bias kenang. Namun tak lagi terjerat tali rasa dan memaku langkah ke depan.

Jana berasa menjadi seekor capung betina, ringan terbang lepas di rimba. Sayap akan membawaku terbang menggapai impian dengan riak cinta tanpa batas.

SungePnoh, fiksi dari sekepal tanah surga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun