Mohon tunggu...
Muhammad Fajar Siddiq
Muhammad Fajar Siddiq Mohon Tunggu... Freelancer - Docta Ignoratia

Menjadi pintar karena bodoh

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kematian Sang Serigala

16 April 2020   11:22 Diperbarui: 16 April 2020   11:24 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Hmm.. mungkin Allah ingin mulut kita bertindak seperti bendungan yang mengalirkan sebagian air dan menahan sebagian lainnya" Jawab Toni

"Tepat sekali! itulah cara Allah menjelaskan solusi dari infodemi dengan memerintahkan kita berucap layaknya bendungan. Sebenarnya hari ini kita sedang menjilat darah kita sendiri. Dengan mudahnya menyebarkan informasi, kita terkadang merasa lupa untuk bersikap bijak, dan lebih mementingkan kebahagian pribadi ketimbang kebahagiaan bersama. Padahal narasi negatif yang disebarkan orang-orang itu sangat berpotensi memicu kecemasan dan ketakutan yang akan menjadi parasit mental bagi seseorang. Dan seperti parasit pada umumnya, satu inang pikiran yang terjangkit akan menularkan kepada inang-inang pikiran yang lain. Dari sanalah kenapa kita harus memiliki bendungan untuk setiap ucapan yang kita katakan dan juga setiap karya yang kita ciptakan"

"Oke, Ton, sekarang kita mengerti... Kalau gitu gimana kalau kita sarapan, kita kan harus cepat-cepat pergi sebelum ada kawanan serigala yang baru datang, persediaan pisaunya juga habis, kan?" Ucap Agus yang Pura-Pura mengerti karena sudah lapar

"Oke!" 

Ketiga pemuda itupun melakukan tugas masing-masing, Toni membereskan tenda, Anton mengambil pisau, dan Agus memasak makanan, tiba-tiba...

"Anton! Toni! Cepat kesini...!!!"

"Kenapa, Gus?!" Ucap Toni dan Anton

"Lihat, tuh..!"

Jari Agus menunjuk pada perbekalan mereka yang disimpan di dekat tenda, tak disangka ternyata disana ada satu serigala yang sedang menyantap makanan mereka dengan lahap. Semua makanan terlihat akan habis dilahapnya.

"Duh, Ton gimana nih.."

"Aku juga bingung, Gus.. Mana Anton?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun