Mohon tunggu...
10 Minutes Reads
10 Minutes Reads Mohon Tunggu... Universitas Airlangga

10 Minutes Reads merupakan sebuah Media Online yang dikeluarkan oleh Mahasiswa/i Ilmu Komunikasi Universitas Airlangga.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Mahasiswa Dar Der Dor! Tidak Hanya Kuliah, Sekarang Parkir Mobil di UNAIR Juga Berbayar!

9 April 2025   10:17 Diperbarui: 9 April 2025   10:44 569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Plang Karcis di Kampus B Universitas Airlangga (Dok. 10 Minutes Reads)


Surabaya - Universitas Airlangga (Unair), salah satu kampus bergengsi di Indonesia, kini tengah menjadi sorotan setelah menerapkan kebijakan tarif parkir di area kampus. Kampus yang dulu dikenal ramah mahasiswa dan memiliki lingkungan akademik  yang terbuka ini kini memunculkan perdebatan baru di kalangan civitas akademika, khususnya mahasiswa.

Kebijakan tarif parkir ini mulai diberlakukan sejak Februari 2025. Berdasarkan keterangan dari Udin selaku petugas keamanan kampus, tarif ini mulai diterapkan secara resmi sejak 17 Februari. Namun, menurut Udin, dirinya hanya menjalankan perintah tanpa mengetahui detail alasan atau mekanisme di balik kebijakan tersebut. "Sejak 17 Februari, kalau diberlakukannya saya kurang tahu soalnya jaga cuma perintah saja," ujarnya singkat.

Foto Wawancara Udin, Penjaga Plang Karcis Kampus B Universitas Airlangga (Dok. 10 Minutes Reads)
Foto Wawancara Udin, Penjaga Plang Karcis Kampus B Universitas Airlangga (Dok. 10 Minutes Reads)

Langkah ini pun menimbulkan reaksi beragam dari mahasiswa. Beberapa merasa keberatan, sementara yang lain mencoba memahami logika di balik keputusan ini. Mahasiswa bernama Ilham mengaku pertama kali mengetahui kebijakan ini sejak awal semester tiga, saat perubahan posisi palang pintu dilakukan. "Palang pintu itu tadinya di depan gerbang utama, tapi kemudian dipindah ke samping pascasarjana. Di situ ada spanduk kecil yang menyatakan mulai tanggal 15 akan diberlakukan kebijakan parkir berbayar di Kampus B," jelasnya.

Hal senada juga disampaikan oleh Arka, mahasiswa lainnya, yang telah menduga kebijakan ini akan diterapkan di Kampus B setelah melihat penerapan serupa di Kampus C. "Awalnya sudah curiga, dan ternyata benar, di awal bulan ini ada uji coba dan akhirnya diberlakukan biaya parkir lima ribu itu," ujarnya. Namun, apakah kebijakan ini benar-benar menjadi beban bagi mahasiswa?

Dari wawancara yang dilakukan, tampak bahwa sebagian besar mahasiswa merasa kurang nyaman dengan sistem ini. Bukan hanya karena harus mengeluarkan biaya tambahan, tetapi juga karena sistem yang belum sepenuhnya berjalan lancar. Ilham, misalnya, mengeluhkan kondisi mesin parkir yang kerap rusak. "Dengan bayar lima ribu, tapi mesinnya masih rusak, menurut saya itu tidak worth it. Kadang malah akhirnya kita keluar masuk gratis karena mesinnya tidak bisa dipakai," katanya. Ia menyarankan agar pihak kampus memperbaiki sistem mesin agar lebih fleksibel dan tidak menimbulkan kemacetan di pintu masuk. 

Di sisi lain, Arka mencoba memberikan sudut pandang yang lebih netral. Ia memahami bahwa pihak universitas mungkin memiliki tujuan tertentu, seperti menyaring jumlah kendaraan agar area parkir tidak sesak. "Kalau ditanya pro atau kontra, aku netral. Aku juga keberatan harus bayar saat menuntut ilmu, tapi aku bisa pahami universitas ingin menyaring kendaraan. Misalnya aku sendiri, jadi lebih memilih naik motor atau kendaraan umum kalau tidak urgent," ujarnya.

Foto Wawancara Mahasiswa yang Membawa Mobil Ke Kampus: Ilham dan Arka (Dok. 10 Minutes Reads)
Foto Wawancara Mahasiswa yang Membawa Mobil Ke Kampus: Ilham dan Arka (Dok. 10 Minutes Reads)

Arka juga memberikan saran agar universitas tidak menjadikan kebijakan tarif parkir ini sebagai solusi tunggal. "Mungkin bisa dibuat kantong parkir tambahan, atau dicarikan alternatif lain. Jangan hanya bergantung pada sistem berbayar ini," tambahnya.

Dari sisi pelaksana, seperti pegawai lapangan, keluhan dari mahasiswa memang cukup banyak. Namun, solusi konkret belum bisa diberikan karena mereka hanya bertindak sebagai pelaksana. "Kalau mengeluh sih lumayan banyak. Tapi solusinya ya bagaimana lagi, aturannya dari atasan. Kalau mau protes, langsung ke atasan saja," jelas Udin.

Kebijakan ini menunjukkan adanya celah komunikasi dan kesiapan dari pihak universitas. Di satu sisi, upaya pengelolaan parkir mungkin dibutuhkan untuk mengurangi kepadatan dan meningkatkan keteraturan. Namun di sisi lain, implementasi kebijakan tanpa kesiapan infrastruktur dan sosialisasi yang matang hanya akan menambah beban bagi mahasiswa.

Kesimpulannya, kebijakan tarif parkir di Unair memang menuai pro dan kontra. Banyak mahasiswa merasa terbebani, terutama karena kondisi di lapangan belum mendukung sepenuhnya. Mesin yang sering rusak dan juga minimnya alternatif membuat kebijakan ini tampak belum matang. Saran dari mahasiswa seperti Arka dan Ilham untuk memperbaiki sistem dan menambah kantong parkir patut dipertimbangkan oleh pihak kampus agar kebijakan ini tidak justru menjauhkan kampus dari semangat inklusivitas dan kenyamanan belajar mahasiswa.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun