Jawabannya: Ya, berpotensi lebih menjanjikan---tetapi penuh syarat. Potensi ini nyata: percepatan belanja, stimulus, dan insentif investasi mampu mengangkat ekonomi jika dikelola dengan cermat, transparan, dan terkoordinasi.
Namun, keberhasilan sangat bergantung pada:
Mengelola defisit agar tidak jadi beban utang jangka panjang (Kemenkeu, 2025).
-
Menjaga inflasi dan stabilitas nilai tukar (BI, 2025).
Menyalurkan stimulus secara merata ke rakyat dan daerah (Kompas, 2025).
Menjamin kepercayaan investor melalui konsistensi kebijakan (IMF, 2024).
FAQ
1. Apa perbedaan utama strategi fiskal Sri Mulyani dan Purbaya?
Sri Mulyani menekankan disiplin fiskal, stabilitas, dan efisiensi; Purbaya lebih fokus pada pertumbuhan lewat stimulus, percepatan belanja, dan insentif investasi (CNBC Indonesia, 2025).Â
2. Apakah defisit APBN saat ini berbahaya?
Belum. Defisit 1,35% PDB masih aman (Kemenkeu, 2025). Tapi jika terus melebar tanpa pendapatan tambahan, risikonya besar di masa depan (IMF, 2024).Â
3. Bagaimana dampaknya terhadap inflasi dan nilai tukar?Â
Stimulus besar bisa memicu inflasi dan menekan rupiah jika tidak diimbangi pasokan barang/jasa dan kepercayaan investor (BI, 2025).Â
4. Apakah investor asing masih percaya pada Indonesia?
Masih percaya, tapi penuh kehati-hatian. Investor menunggu kepastian arah defisit, belanja, dan regulasi pajak (Bloomberg, 2025).
5. Apa dampak perubahan kebijakan bagi rakyat kecil?Â
Jika stimulus diarahkan ke UMKM, transfer daerah, dan program sosial, rakyat bawah akan merasakan manfaat nyata (Kemenkeu, 2025). Jika tidak, dampaknya bisa minim (Kompas, 2025).