Farida Putri Ramadhani
Niscaya sunyi, keringat panas menelaga
Urgensi dikau dedikasi dalam canda tawa
Rasa dinyata ada, bukan gugur dalam selayang
Ulur tampak satu genggam dikau pegang
Lelucon dikau ungkap, sekali saja bukan?
Frasa memaknai ribuan durja menggelak
Isak sendu mungkin saja lupa
Terselip tawa tak ujung juga
Ringkas saja dikau istimewa
Ibarat petang dikau lentera malam
Alangkah tak suka alih silih meradang
Nantinya, dan terus saja
Ideologi cinta atas nama jenaka
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!