Mohon tunggu...
M Chusni Farid
M Chusni Farid Mohon Tunggu... Human Resources - penikmat cerita yang suka bercerita

mahasiswa jurusan bahasa dan sastra arab. UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Memperingati Hari Kelahiran Nabi dengan Menceritakan Ulang Kisahnya

19 Oktober 2021   13:49 Diperbarui: 19 Oktober 2021   23:02 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Beberapa tahun silam saya menyimak ulasan cerita dari seorang ustadz lulusan Kairo Mesir. Beliau seorang guru bahasa arab. Namanya Pak Yono. Sebelum memulai pelajaran, beliau seringkali memulainya dengan cerita. Cerita: pengalaman hidup, motivasi dan terkadang cerita nabi-nabi.

Pada satu waktu, beliau menceritakan satu kisah haru-biru. Sebuah kisah yang membuat hati saya terenyuh ketika mendengar kembali cerita tersebut. Bayangan beliau menitikan air mata dan terisak,  teringat jelas di  dalam kepala. Sebuah moment langka ketika beliau membawakan cerita tidak dengan muka ceria.

*

Alunan takbir menggema diseluruh seantero penjuru Arab, bertalun-talun meyemarakkan hari kemenangan. Seluruh umat muslin bersuka cita menyambut hari yang agung itu, aroma hidangan tercium dari rumah-rumah warga, seluruh pintu-pintu terbuka guna menyambut tamu yang datang. Dan anak kecil saling bersorak ceria bermain di teras rumah.

Ditengah riuh semarak kemenangan, ada pemandangan berbeda dari sudur pandang lain. Seorang anak kecil berperawakan kulit hiam lebam sedang menyendiri menjauh dari teman seusianya. Ia duduk termenung seperti sedang meratapi sesuatu. Sesekali tangannya mengusap air mata yang entah mengapa selalu menetes setiap kali melihat anak kecil bermain dengan ayahnya. 

Dalam memorinya, ia belum pernah menemui sosok ayah dalam kehidupannya. Ia tidak tahu persis seperti apa rupa ayahnya, yang ia ketahui ialah saat dirinya hampir lahir ke dunia, ayahnya Syahid  dimedan peperangan sebagai seorang pahlawan. 

Semenjak kecil ia dibesarkan oleh ibunya seorang diri, sebagai seorang budak,  ia dilatih untuk menuruti setiap perintah majikan. dimulai dari  dari bersih-bersih rumah hingga menjaga hewan ternak. Hingga suatu ketika ibunya hendak memerdekakan diri. Namun ditolak oleh sang majikan dan memilih kabur bersama anaknya ke kampung halaman. 

Naasnya setelah sampai di tempat tujuan. Kampung halamannya sedang mengalami musibah. Seluruh rumah warga dibumi hanguskan. Penjarahan terhadap barang-barang berharga termasuk penyanderaan perempuan dan anak-anak. Takdir tidak bisa ditebak. Anak kecil itu dibawa ke pasar guna dijual sebagai budak dan berpisah dengan ibunya. 

Perjalanan panjang terjadi dalam hidupnya. Diusianya yang baru menginjak tujuh tahun ia sudah mengalami berbagai macam pahitnya kehidupan. Lahir tanpa ayah, berpisah dengan ibunya kemudian menjadi budak diusia yang masih sangat belia.

Penderitaannya tidak cukup sampai disitu. Setiap kali dibawa ke pasar budak, jarang sekali ada orang yang menawarnya. Jangankan untuk membeli, melihat rupanya saja banyak pengunjung merasa enggan memilkinya. Ia berperawakan kecil dengan kulit hitam lebam dan kelihatan sangat lemah. Sangat tidak bisa diandalkan. Alhasil sering kali  ia mendapatkan siksaan ketika dirinya tidak laku terjual. Tak jarang sang makelar tidak memberikannya makan. 

Perlakuan buruk terhadapnya terus-menerus ia dapatkan tanpa ada perlawanan, ditindas, dipukuli, disiksa menjadi keseharian dalam hidupnya. hingga suatu ketika menjelang malam kemenangan, ia mempunyai niat untuk memotong takdir pahit ini. ia berencana untuk kabur saat sang makelar sedang sibuk dengan urusan lain.

*

Lamunanya pudar ketika seorang bejubah putih mengahampirinya. ia terhenyak ketika mendapati seorang didepannya mengulurkan tangan. Melihat sosokmya yang begitu anggun dan berwibawa. Seseorang dengan pandangan wajah yang bersinar. Tanpa sadar, tangannya reflek menjulur lalu menggemgamnya. 

"Mengapa engkau bersedih wahai anak kecil?" tanya seseorang dihadapannya. 

Ia menceritakan seluruh takdir pahitnya, ceritanya mengalir deras dibarengi linangan air mata yang tidak sengaja menetes. Membuat keadaan menjadi pilu. Tangisnya pecah ketika ia bercerita tidak mempunnyai orang tua. 

"Aku sudah tidak mempunyai siapa-siapa sekarang, tak ada hari kebahagiaan dalam hari kemenangan ini. semuanya sudah raib dimakan takdir" serunya dengan air mata semakin deras membasahi wajahnya. 

Seseorang dihadapanya tertegun pilu, ia memandangi anak kecil didepannya dengan rasa iba dan simpatik yang tinggi.  hatinya terenyuh setelah mengetahui keadaannya yang hidup sebatang kara. Tanpa ada siapa-siapa yang melindunginya. 

Mendadak cerita terhenti. Pak Yono menitikan air mata. Ia hanyut dalam cerita, terisak ikut menangis ketika kisah itu kembali ia ceritakan. Keadaan pilu ikut mewarnai kelas bahasa arab yang biasa menegangkan. Aku memandanginya sesaat, ada pilu yang bersarang pada wajahnya.

Sesaat sebelum melanjutkan cerita, beliau menarik nafas panjang dan cerita-pun mengalir kembali

*

"Nak maukah kamu ikut denganku?"

"Kemana?" 

"Ayo ikut saja, akan kuberikan hadiah untukmu" 

Seorang anak kecil itu dibawa oleh seorang berjubah putih. keduanya berjalan beriringan menuju kesuatu tempat.

"Nah sekarang, kamu telah sampai di rumah" 

Sang anak kecil itu  bingung menanggapi pernyataan seseorang yang baru saja membawanya. Seumur-umur ia belum pernah mengenal kata rumah.  Semenjak ia dilahirkan di dunia, belum pernah sekalipun ibunya menyebut tempat yang ditinggalinya sebagai rumah, yang ada hanyalah rumah Tuan dan budak tidak memilikinya.

Seseorang menyambut kedatangan mereka berdua, mempersilahkan keduanya masuk. Dan buru-buru pergi ke belakang guna mempersiapkan hidangan di meja. 

"Nak, ini adalah hadiah yang akan kuberikan padamu" 

Sang anak laki-laki masih saja tidak mengerti hadiah apa yang akan ia peroleh.

Sesaat sebelum seseorang dihadapannya mengangkat badannya. Seseorang yang baru saja pergi ke belakang kembali. Tangannya  membawa hidangan dan meletakkannya di meja. Ia ikut duduk dihadapan mereka berdua. 

"Jadi hadiah yang ingin ku berikan adalah akan kuangkat kau sebagai anakku. Dan seorang didepanmu adalah ibumu. Kamu berhak mendapatkan makanan yang tersaji diatas meja. Bagaimana menurutmu?" 

Seorang anak laki-laki itu mendadak menitikan air mata dan  tersenyum bahagia, ia langsung  mengangguk, menerima tawaran dari seseorang dihadapannya. Tak lupa ia ucapkan beribu terima kasih karena telah mengangkatnya sebagai seorang anak. 

Seorang anak laki-laki itu bernama Zaid yang diangkat oleh Nabi saat hari raya idul Adha.

Begitu cerita usai, bel waktu pulang berbunyi, segera kelas ditutup dan semua orang beranjak pergi.

Cerita ini tidak murni kebenarannya, ada narasi tambahan untuk mendramatisasi cerita. Namun penulis berharap agar tidak lupa ikut merayakan bulan kelahiran Nabi ini. Dengan  menceritakan ulang kisahya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun