*
Lamunanya pudar ketika seorang bejubah putih mengahampirinya. ia terhenyak ketika mendapati seorang didepannya mengulurkan tangan. Melihat sosokmya yang begitu anggun dan berwibawa. Seseorang dengan pandangan wajah yang bersinar. Tanpa sadar, tangannya reflek menjulur lalu menggemgamnya.Â
"Mengapa engkau bersedih wahai anak kecil?" tanya seseorang dihadapannya.Â
Ia menceritakan seluruh takdir pahitnya, ceritanya mengalir deras dibarengi linangan air mata yang tidak sengaja menetes. Membuat keadaan menjadi pilu. Tangisnya pecah ketika ia bercerita tidak mempunnyai orang tua.Â
"Aku sudah tidak mempunyai siapa-siapa sekarang, tak ada hari kebahagiaan dalam hari kemenangan ini. semuanya sudah raib dimakan takdir" serunya dengan air mata semakin deras membasahi wajahnya.Â
Seseorang dihadapanya tertegun pilu, ia memandangi anak kecil didepannya dengan rasa iba dan simpatik yang tinggi. Â hatinya terenyuh setelah mengetahui keadaannya yang hidup sebatang kara. Tanpa ada siapa-siapa yang melindunginya.Â
Mendadak cerita terhenti. Pak Yono menitikan air mata. Ia hanyut dalam cerita, terisak ikut menangis ketika kisah itu kembali ia ceritakan. Keadaan pilu ikut mewarnai kelas bahasa arab yang biasa menegangkan. Aku memandanginya sesaat, ada pilu yang bersarang pada wajahnya.
Sesaat sebelum melanjutkan cerita, beliau menarik nafas panjang dan cerita-pun mengalir kembali
*
"Nak maukah kamu ikut denganku?"
"Kemana?"Â