Dalam hidup ini, kita sering diajarkan untuk memaafkan orang lain. Belajar tentang toleransi, tentang membuka hati, dan tentang memberi kesempatan kedua. Tapi satu hal yang jarang dibahas secara mendalam adalah bagaimana caranya memaafkan diri sendiri.
Padahal, luka paling dalam seringkali bukan berasal dari orang lain melainkan dari dalam diri sendiri. Entah karena pilihan yang salah, keputusan yang terburu-buru, kegagalan yang memalukan, atau harapan yang tak pernah terwujud. Kita menghukum diri sendiri dengan diam-diam, memelihara rasa bersalah, dan menjadikannya beban yang tak kasat mata.
Mengapa Sulit Memaafkan Diri Sendiri?
Berbeda dengan memaafkan orang lain, memaafkan diri sendiri melibatkan proses yang lebih kompleks. Kita bisa saja berkata kepada orang lain, "Aku memaafkanmu," lalu melanjutkan hidup. Namun terhadap diri sendiri, kita cenderung lebih kejam. Kita mengulang-ulang kesalahan di kepala, seolah sedang menonton tayangan ulang dari masa lalu yang menyakitkan.
Kita merasa tidak pantas dimaafkan karena apa yang terjadi adalah akibat dari keputusan kita sendiri. Kita merasa harus menanggung beban itu sebagai bentuk tanggung jawab. Namun yang sering dilupakan adalah: bertanggung jawab tidak harus identik dengan menyiksa diri.
Berdamai Bukan Berarti Lupa
Memaafkan diri sendiri bukan berarti kita pura-pura lupa akan apa yang terjadi. Bukan juga berarti kita membenarkan kesalahan yang telah kita buat. Justru sebaliknya, memaafkan diri sendiri adalah pengakuan bahwa kita pernah salah, tapi kita memilih untuk belajar darinya. Kita memilih untuk tumbuh.
Sama seperti luka fisik, luka batin pun butuh waktu untuk sembuh. Dan proses penyembuhan itu dimulai dengan penerimaan. Menerima bahwa kita pernah membuat keputusan yang salah. Menerima bahwa saat itu, kita melakukan yang terbaik dengan pemahaman dan kemampuan yang kita punya.
Proses Memaafkan Diri Sendiri
* Mengakui kesalahan tanpa menghakimi