Mohon tunggu...
Rita Mf Jannah
Rita Mf Jannah Mohon Tunggu... Penulis Multitalenta, Pengamat Sosial, Pemerhati AI, Pelaku Pasar Modal

Penulis multidisipliner yang aktif menulis di ranah fiksi dan nonfiksi. Fokus tulisan meliputi pendidikan, politik, hukum, artificial intelligence, sastra, pengetahuan populer, dan kuliner. Menulis sebagai kemerdekaan berpikir, medium refleksi, ekspresi ilmiah, dan kontribusi budaya.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Dari Gencatan Senjata ke Kekacauan: Mengkaji Risiko Perang Saudara di Gaza Pasca-2025 di Bawah Mediasi AS

14 Oktober 2025   20:01 Diperbarui: 14 Oktober 2025   20:01 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Hamas dan kelompok penjarah Abu Shabab (Sumber gambar: Grok)

Pasca-9/11, AS invasi untuk usir Taliban. Bangun tentara Afghan, tapi kolaps 2021 karena korupsi dan ketergantungan AS. 

Studi dari US Army War College bilang kegagalan karena AS bangun pasukan yang "mirip Amerika" tapi nggak adaptasi ke konteks lokal---"nasionalisme dangkal". 

Paralel ke Gaza: Jika rekonstruksi bergantung eksternal (AS/Israel), bisa kolaps saat dukungan hilang.

Pola umum dari JSTOR dan Atlantic Council: Intervensi AS sering hegemonik (bukan murni demokrasi), picu polarisasi, dan tinggalkan "failed states" dengan konflik internal.di Gaza, Trump janji "rebuild" tapi tanpa detail, bisa ulang pola ini. 

Konteks Politik Palestina -- Dinamika Hamas vs PA/Fatah

Palestina punya sejarah fragmentasi internal sejak Oslo Accords 1993. 

Hamas (Islamis, radikal anti-Israel) kontrol Gaza sejak 2007 setelah "perang saudara mini" lawan Fatah (sekuler, lebih moderat) di bawah PA pimpinan Mahmoud Abbas (Abu Mazen). 

"Shabab" sering merujuk pemuda militan Fatah atau Al-Aqsa Martyrs' Brigades, yang dituduh "dangkal nasionalismenya" karena koordinasi keamanan dengan Israel---mirip "kaki tangan penjajah".

Analisis dari The New Yorker: Pasca-perang, Hamas lemah militer (pemimpinnya dibunuh, rekrutmen turun), tapi masih resilient secara politik. 

Fatah ingin peran besar di Gaza pasca-ceasefire, tapi ditolak faksi Palestina karena dianggap "foreign guardianship" atau proxy asing. 

Risiko: Bentrokan atas kontrol bantuan, wilayah, dan legitimasi---mirip perpecahan Irak antar-sekte.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun