Ironi pahit dari bangsa yang dulunya korban kini menjadi pelaku bukan hanya tragedi sejarah, tapi juga alarm etika untuk kemanusiaan global
Sejarah mencatat Holocaust sebagai tragedi kemanusiaan paling kelam di abad ke-20, di mana jutaan orang Yahudi dibunuh secara sistematis oleh Nazi Jerman.Â
Ironisnya, lebih dari 75 tahun kemudian, bangsa yang pernah menjadi korban kekejaman justru meniru pola-pola penindasan serupa terhadap rakyat Palestina.Â
Tulisan ini menelaah bagaimana tindakan biadab Israel terhadap para tahanan dan warga sipil Palestina bukan hanya merupakan pelanggaran terhadap hukum internasional, tetapi juga berpotensi menyulut "Holocaust 2"---yakni sebuah lonjakan balasan dendam massal akibat trauma, penghinaan kolektif, dan keputusasaan.
Luka Sejarah yang Dilupakan
Bangsa Yahudi modern melalui entitas negara Israel sering menyebut Holocaust sebagai "Never Again", sebuah slogan moral yang menyerukan agar dunia tidak lagi membiarkan kekejaman seperti itu terjadi.Â
Namun, ironi historis muncul ketika negara yang membawa warisan luka itu justru melakukan:
*Penahanan massal
*Penyiksaan seksual dengan benda tajam
*Penghinaan martabat (forced nudity, pemerkosaan, penyiksaan psikologis)
*Eksekusi tanpa proses hukum