* Kurikulum yang masih terlalu menekankan hafalan, bukan pemahaman.
* Akses ke buku dan bahan bacaan berkualitas masih minim, terutama di daerah terpencil.
* Gawai lebih sering digunakan untuk hiburan daripada membaca teks bermakna.
Hampir tidak ada siswa Indonesia yang mencapai Level 5 atau lebih tinggi dalam membaca, sementara rata-rata OECD adalah 7%.(oecd.org, 2022)
PISA memberi konfirmasi kuat dan terstandar bahwa literasi membaca di Indonesia masih memprihatinkan.
UNESCO:
UNESCO memang sering menyebut angka 0,001 untuk indeks minat baca Indonesia, artinya hanya 1 dari 1.000 orang yang benar-benar memiliki minat baca tinggi.Â
Meski sering diperdebatkan validitasnya (karena metode pengukurannya tidak transparan), tren rendahnya minat baca memang konsisten dengan temuan PISA dan studi-studi lokal.
Menonton itu Pasif, Membaca itu Aktif
Video bisa menjadi pelengkap, tapi bukan pengganti nalar. Seseorang bisa menonton tanpa berpikir, tapi tak bisa membaca serius tanpa berpikir.
Dampak Malas Membaca dalam Skala Nasional