Mohon tunggu...
Jamalludin Rahmat
Jamalludin Rahmat Mohon Tunggu... Penjahit - HA HU HUM

JuNu_Just Nulis_

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ibu Pemetik Luka

2 Juli 2021   23:09 Diperbarui: 2 Juli 2021   23:16 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illutrated by depositphotos.com

Luka yang ada obatnya namun Siti ingin memeluk dan memelihara entah sampai kapan.

Luka ada batasannya, bukan? Tak selamanya luka berakibat buruk untuk kenangan, kan? Atau luka mendewasakan seseorang? Entahlah!

Siti memilih hidup dengan memeluk dan memeram luka itu, entahkah ia buruk atau baik untuk kenangan dan perjalanan hidup.

Sebab, ketiga anak yang sedang Siti besarkan memerlukan sesosok ibu yang mampu hidup di titian luka.

Luka yang tak bisa Siti elakkan apalagi dibuang sejauh-jauhnya sebab luka itu hadir kala Siti sangat mencintai sang suami.

Luka yang merapuhkan, luka yang meremukkan, luka yang menghantam dinding pengharapan masa depan.

Namun, secercah pengharapan setiap hari bersemai kala Siti memetik daun teh bersama-sama perempuan pemetik daun teh lain.S

Siti, ibu pemetik luka yang tumbuh setiap hari karena kenangan silam supaya batin menghijau segar.


[Ditulis untuk Kompasiana.com]


JR

Curup- Kepahiang
Kebun Teh Kabawetan

2 Juli 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun